Minggu, 23 Oktober 2011

Angel -part 2-


“Kita??” Fairy tampak senyum-senyum sambil tidak bisa menyembunyikan wajah senangnya.
“Iya, status kita gimana?” tanya Mikael yang tidak sabar mendengar jawaban Fairy.
“Jadi.....an.” jawabnya sambil gemas.
“Aduh! Jangan gitu dong....tanganku masih sakit nih...”
“Aduh...maaf ya...aku kan nggak tau...aku kira Cuma kepala kamu aja yang luka...tangan kamu kenapa? Memar ya?”
Mikael hanya tersenyum sambil mengusap wajah Fairy, orang yang sangat disayanginya.
# # #
Fairy kembali ke sekolah esoknya. Suasana hatinya masih senang akibat hari jadian mereka Minggu kemarin. Tapi Mikael masih di rawat di rumah sakit. Fairy juga mendapat kejutan, ternyata orang tua Mikael masih ada dan tadi pagi menjenguk Mikael di rumah sakit, maka dari itu Fairy bisa sekolah hari ini karena ada orang tua Mikael yang menjaganya.
“Iry, kok muka kamu cerah banget hari ini?” tanya Randy, orang terganteng di sekolah Fairy.
“Mau tau aja!” Fairy meletakkan tas sekolahnya dan langsung menghampiri Randy di kursinya.
“Aku jadi penasaran banget nih....biar aku tebak, hm....kamu baru dapat mobil baru ya?”
“Bukan.” Jawabnya sambil teruuusss tersenyum.
“Hm.....pasti dapat laptop ya?”
“Bukan juga, ini lebih dari sekedar apa pun.”
Randy menaikkan 2 alisnya sambil terus berpikir.
“Apa ya....nggak tau deh, nyerah!”
“Ah Randy...kok nyerah sih??”
“Habis, kali ini raut wajah kamu terlalu sulit di tebak!”
“Ayolah Rand.....aku yakin kamu pasti bisa tebak...gampang kok!”
“Aduh....nggak tau ah...habis kamu ngebetein aku....nggak mau ngomong langsung..”
Fairy memegang tangan Randy.
“Kamu tau nggak....aku baru jadian!!”
Randy tampak kaget, tidak percaya sahabat yang sudah lama disukainya itu ternyata sudah menjadi milik orang lain yang tidak dikenalnya.
“Pa...pa...pacar katamu?”
“Iya!! Gila...kamu nggak bakal temuin dia di mana pun, dia itu seperti malaikat! Baik banget, emang sih agak bawel, tapi asli...dia itu itu malaikat dalam hidup gue.”
Randy sudah mulai terlihat kesal.
“Hm.....kenalin dong sama aku. Aku jadi penasaran sama cowok baru kamu.”
“Baru? Nggak lagi, udah lama, ..... Cuma baru ditembaknya Minggu kemarin.”
Murid-murid yang lain sudah mulai berdatangan. Tetapi Fairy masih acuh duduk di atas meja Sky, yang juga sahabatnya dari kecil.
“Hah? Siapa yang ditembak? Kamu?” tanya Sky kepada Fairy.
“Iya Sky! Aku udah punya cowok sekarang!” Fairy masih tersenyum.
“Wah..hebat juga sahabatku yang satu ini!” Sky mengusap kepala Fairy dengan penuh kasih sayang.
“Gimana kalo pulang sekolah nanti, aku ajakin kalian ketemu sama pacarku?”
“Hm, aku setuju banget...pasti Randy udah nggak sabaran dong lihat siapa pacar barunya Fairy??” tanya Sky sama bersemangatnya dengan Fairy.
“Iya..aku ikut kalian aja deh.” Jawab Randy sambil memasang senyum palsu.
# # #
Masih cukup siang di sekolah Fairy. Ini baru pukul 1 siang dan kebetulan siang ini Fairy mendapat jam bebas karena tidak ada guru di kelasnya. Maka kali ini Fairy mengajak Sky dan Randy ke ruang piano tua itu. Fairy bercerita bahwa di koridor menuju ruang piano itu dia bertemu dengan kekasihnya, Fairy tidak mengarang cerita, tetapi hanya satu hal yang tidak ia ceritakan pada kedua sahabatnya, yaitu mengenai Mikael yang mantan malaikat itu.
“Oh..jadi di sini ya? Tapi...dia murid mana? Kok aku nggak pernah lihat kamu jalan dengannya?”
“Sky...dia waktu itu dalam waktu pindahan sekolah, jadi wajar dia masih lihat sekolah ini. Siapa tau dia mau sekolah disini? Iya kan?”
“Iya juga sih...tapi sampe sekarang kok belum masuk juga sih?”
“Harusnya hari ini dia di sini, tapi hari Minggu kemarin dia ditabrak mobil, dan sekarang ada di rumah sakit dekat sekolah.” Jelas Fairy.
“Jadi, sekarang cowok kamu ada di rumah sakit gitu?”
“Iya Randy....sekarang giliran orang tuanya yang jagain. Kemarin aku seharian di rumah sakit.”
“Hm....pantas saja..kemarin aku telfon kamu, nggak diangkat juga.”
“Iya...sorry banget ya Sky, kemarin hape aku ketinggalan di rumah. Habis buru-buru sih.”
Fairy masuk ke dalam ruang piano itu dan mulai mendekati piano itu. Sebelum sempat duduk, Fairy menemukan sehelai bulu. Seperti sayap malaikat, dan jendela samping terbuka, segera Fairy menghampiri jendela itu. Angin bertiup kencang dan memang ada beberapa bulu berterbangan di luar sana.
Malaikat lagi? Tapi...siapa?
“Iry! Ngapain di sana? Tutup aja jendelanya, anginnya kencang!” pinta Randy yang sudah asyik bermain piano di dalam.
“Hah...iya!!” Fairy menutup jendela itu, tetapi ada beberapa helai bulu yang tersangkut di sisi jendela.
Hah? Ini sebenarnya bulu miik siapa sih?
Fairy membuka jendela itu lagi, tetapi seolah beberapa helai bulu itu memanggil berlusin-lusin bulu yang lain, maka masuklah bulu itu menghantam wajah Fairy.
“Iry!!” teriak Sky yang berlari ke arah Fairy yang tersungkur di lantai itu.
“Fairy?” Randy baru menyadari Sky menolong Fairy.
Fairy mengaduh, wajahnya terasa amat perih, ternyata di pipi kirinya ada goresan, seperti goresan yang ditimbulkan oleh penggaris.
“Fairy, kamu kenapa?” tanya Randy khawatir.
“Tiba-tiba bulu-bulu itu masuk begitu saja.”
“Bulu apa?” tanya Sky yang menutup jendela itu.
“Masa’ tidak lihat bulu segini banyaknya?” Fairy tertegun, tidak ada sehelai bulu pun yang tersisa.
“Bulu apa sih? Aku nggak ngerti!?” tanya Randy sambil memapah Fairy ke kursi piano.
“Tapi...tadi ada..”
“Kamu mulai ngaco lagi. Kamu kurang istirahat ya Ry? Pasti gara-gara ngejagain cowok kamu yang namanya.....”
“Oh iya, kamu belum bilang siapa namanya.”
“Mikael.”
“Mikael??”
“Iya, kenapa? Kalian kenal?”
Randy dan Sky berpandang-pandangan. Seperti mengetahui sesuatu.
“Hallo,..kalian kenapa memasang raut wajah seperti itu?”
“Ham...tidak apa-apa. Sekarang ke UKS yuk, muka kamu berdarah tuh.” Ajak Randy.
# # #
“Nggak apa-apa nih kita membesuk Mikael berbanyak gini?”
“Udah...palingan juga kalo kita datang orang tuanya balik ke rumah.”
Randy dan Sky mengekor di belakang Stiva.
Fairy membuka pintu kamar Mikael dengan perlahan.
“Eh, Fairy? Kok tumben agak sorean ke sini?”
“Maaf, tadi aku ke UKS bentar.”
Sky dan Randy masih ada diluar.
“Lho? Pipi kamu ini kenapa?”
“Aku juga kurang yakin..tapi ini beneran.”
“Kenapa?” tanya Mikael sambil mengambil posisi duduk.
“Tadi sewaktu aku ada di ruang piano tua itu, aku melihat ada beberapa helai bulu yang tercecer di lantai, dan jendela itu terbuka. Saat aku menengok keluar, ada beberapa helai bulu yang berterbangan, dan aku segera menutup jendela itu.”
“Trus?”
“Saat aku menutup jendela, ada beberapa helai bulu yang tersangkut di jendela, aku membuka kembali jendela itu, tahu-tahu bulu-bulu menyerangku, sehingga wajahku tergores.”
Mikael mengernyitkan dahi sambil mengamati luka itu.
“Aduh, sorry...aku bawa teman ke sini..mereka masih diluar.”
“Yee, disuruh masuk dong...”
“Bentar ya...”

“Pulang yuk....kita di cuekin di luar sini.” Protes Sky yang sudah tidak sabar itu.
“Sori, tadi aku keasyikan ngobrol sama Mikael..”
Randy dan Sky masuk begitu saja tanpa memperdulikan Fairy yang diberdiri di depan pintu.
Fairy mendengar sedikit kegaduhan di dalam ruangan.
“Hei, para cowok, jangan ribut dong...ini rumah sakit bukan..”
“Wah, gimana ceritanya kamu bisa ketemu cewek jorok ini?” tanya Sky sangat bersemangat.
Fairy menganga melihat keakraban mereka.
“Panjang banget ceritanya!! Rand, gimana kabar kamu?”
“Baik...aku sempat cemburu sewaktu Fairy tadi pagi cerita tentang cowok barunya, ternyata kamu...aku nggak jadi cemburu deh....aku rela Fairy buat kamu!”
Mereka bertiga tertawa bersama.
“Ini maksudnya apa?” kini giliran Fairy yang butuh penjelasan.
“Maaf Iry, aku gak sempat cerita tadi...” jelas Randy.
“Maksudnya? Jelaskan!”
“Sabar Bu...” Sky masih asyik dengan Mikael, sahabat lamanya.
“Fairy duduk dulu...biar Randy jelaskan.”
Fairy duduk dengan wajah kesalnya.
“Mikael ini sahabat ku dan Sky.”
“Kok kalian bisa kenal? Kenal dimana?”
“Maaf jika selama ini aku dan Sky tidak bercerita kepadamu. Kami berdua ini sebenarnya juga mantan malaikat. Tapi itu dulu banget, sebelum kita kenal. Waktu itu kami bertiga, dengan Mikael. Tapi karena kami berdua udah melakukan kesalahan, maka kami dikembalikan ke bumi. Prosesnya sama dengan Mikael. Hanya penyebabnya saja yang beda.”
“Haahhhh....ternyata kedua sahabatku ini...mantan malaikat juga??” Fairy terkejut juga sekaligus bangga mendengarnya.
“Iya, aku melakukan kesalahan yang sebenarnya cukup ringan. Aku ingin bersekolah.” Jelas Sky.
“Makanya kamu jadi juara terus?” Fairy mulai tenang.
“Kalo aku...lumayan berat juga....mencuri catatan milik orang lain di ‘atas’ sana.”
“Pantas saja....pensilku sering hilang...”
“Nah..lain dengan Mikael....dia ini jatuh cinta sama kamu....makanya dia nggak di ampuni .....” jelas Sky lagi.
Fairy senang karena penyebab Mikael ada disampingnya adalah karena dia.
“Ciee....nggak perlu malu kayak gitu lagi Ry. Wajar kali Mikael cari kamu..” ucap Sky lalu dicegah Mikael.

Fairy membuka tirai jendela kamar Mikael, ternyata bulu-bulu itu mengikutinya dengan menempel di luar kaca jendela.
“Bulu ini yang melukai wajahku!” ucap Fairy kepada yang lain.
Mikael tertegun melihatnya, seperti mengenali bulu-bulu itu milik siapa.
“Mikael, kamu kenal dengan bulu-bulu itu?” tanya Randy yang memperhatikan gelagat Mikael.
“Tidak mungkin! Dia sudah lama mati!” ucap Mikael, seolah-olah Sky dan Randy tahu juga.
Fairy masih ngeri melihat bulu-bulu itu semakin banyak menempel di kaca jendela, dan semakin mampat sehingga cahaya mentari sore pun menjadi tidak dapat masuk ke dalam kamar Mikael.
“Wah...rupanya sedang ramai ya disini?” tanya dokter Amala kepada kami yang sedang konsentrasi dengan bulu aneh itu.
“Dokter?? Mengejutkan saja...” ucap Mikael.
Bulu-bulu itu hilang tanpa bekas, dan seolah tidak pernah ada bulu menempel pada kaca jendela itu.
“Maaf...saya hanya ingin menyampaikan bahwa kamu sudah bisa pulang ke rumah. Luka kamu sudah mendingan dan bisa dirawat di rumah. Kamu juga sudah bisa beraktifitas seperti biasa.”
“Benarkah? Kapan?”
“Kalau kamu mau sekarang juga bisa. Administrasinya sudah dilunasi orang tuamu tadi siang.”
“Iya Dok, kalau begitu nanti saya bereskan.”
“Perlu ditelfonkan orang tuamu?” tanya dokter Amala yang ramah itu.
“Nggak perlu Dok, sudah ada teman-teman saya di sini.”
“Baik kalau begitu, saya tinggal dulu.”
Mikael mengangguk dan bangkit dari tempat tidurnya.
“Yakin kamu mau pulang sekarang?” tanya Sky sambil membantu Mikael beres-beres.
“Iya...sebenarnya aku nggak pernah betah dirumah sakit. Lagi pula aku kan harus sekolah juga.”
“O iya...kamu mau sekolah dimana?” tanya Fairy yang membantu Mikael menuju cermin.
“Oh iya...kami juga pengen kamu sekolah di sekolah kami.” Pinta Randy, “Biar kita nggak pisah lagi.”
“Maunya aku juga gitu, tapi nggak tau deh gimana orang tuaku.”
“Mike, bukannya orang tua kamu udah meninggal dulu?”
“Sky, orang tuaku memang udah nggak ada.”
“Nah,..terus mereka siapa?” tanya Randy menunjuk orang tua Mikael yang berjalan di bawah dan melambaikan tangan.
“Aku juga bingung. Wajah mereka mirip dengan wajah orang tua asliku. Tapi sampai sekarang aku bingung, siapa mereka sebenarnya?”
“Terus, kamu ketemu mereka dimana?” tanya Fairy.
“Tau-tau aja setelah kecelakaan kemarin, mereka datang menjengukku. Awalnya aku kira orang yang salah masuk kamar. Eh ternyata aku yang salah tebak. Mereka datang tanpa heran atau apa, langsung memelukku dan membawakan baju ini untukku. Padahal selama ini aku pinjam baju ke salah seorang temanku.”
Sky, Fairy, dan Randy mengumpat tawanya.
“Mikael...syukurlah kamu boleh pulang sekarang Nak.” Ucap Ibunya.
Mikael hanya tersenyum kecut. Dia masih bingung dengan orang tuanya ini. Mikael merasa bahwa orang tuanya benar-benar sudah mati dan nisannya masih ada sampai sekarang.
“Adik-adik, bagaimana kalau kita sekarang pulang? Tante sudah masak makanan enak di rumah. Kita makan malam bersama?” tawar Ibu Mikael.
“Wah...mau banget Tante! Kebetulan kami belum makan dari tadi pagi!” ucap Sky yang mupeng.
“Kalau begitu, ayo kita pulang sekarang.”

Sky dan Randy paling bersemangat dan berjalan paling depan mendahului Ibu Mikael dan Ayah Mikael yang membawakan tas milik Mikael. Sedangkan Fairy dan Mikael berada di barisan paling belakang. Mereka diam tanpa kontak fisik.
“Hei, kok diam aja sih?” tanya Mikael membuka percakapan.
“Hah?” Fairy sadar dari lamunannya.
“Kamu mikirin apa sih? Sampai ngelamun gitu?”
“Hm, aku masih memikirkan bulu-bulu tadi. Aku rasa ada hubungannya sama kamu.”
“Hm, masa’ sih? Kalo aku bilang, itu ada hubungannya sama kamu. Bukan sama aku.”
“Aku? Kok bisa? Kalian bertiga pasti tau sesuatu kan?” Fairy menghentikan langkahnya sambil terus menunduk ke bawah.
“Nggak perlu khawatir, aku kan ada disamping kamu.” Mikael merangkul Fairy, melindunginya.
“Tapi...aku nggak mau kamu jadi malaikat lagi. Cukup seperti ini.”
“Iya...aku janji deh. Ayo pulang, sebentar lagi gelap.”
# # #
Bulu-bulu tidak henti-hentinya menghantui mereka berempat. Tangan Sky terluka, Randy jadi tidak bisa belajar dengan tenang, Mikael menjadi sangat terganggu, dan yang paling parah Fairy. Fairy tidak berani keluar dari kamarnya, karena bulu-bulu itu menempel pada daun pintu kamarnya.
Fairy menghubungi Sky, Randy, dan tentunya Mikael. Dia mengatakan tidak bisa keluar dari kamarnya, padahal dia harus keluar dari kamarnya untuk melakukan aktifitas yang lain. Tapi sudah berbagai macam cara dilakukan Fairy untuk menghalau bulu-bulu itu, tetapi tetap tidak pergi juga. Maka ketiga cowok ini datang juga ke rumah Fairy, dan memang..bulu-bulu putih itu menempel di pintu kamar Fairy, dan orang tua Fairy sudah coba menyingkirkannya, tetapi seolah bulu-bulu itu bersatu dengan pintu kamar Fairy.
“Ini nggak bisa disingkirkan!” ucap Randy yang berkali-kali mendobrak pintu kamar Fairy, tetapi tidak dapat terbuka, padahal pintu tidak dikunci.
“Jika semua helai bulu-bulu ini sudah menyatu dengan pintu kamar, maka habislah Fairy. Dia akan menjadi seperti kita.” Terang Sky.
Mikael sudah panik, membuka paksa pintu, mencongkelnya, segenap usaha dia lakukan, sampai hampir semua bulu-bulu ini menyatu dengan pintu kamar Fairy.
Mikael mendekati pintu dan memanggil Fairy.
“Fairy!!”
Fairy mendekat ke pintu dan mencoba mendengar ucapan Mikael.
“Apa??”
“Dengarkan aku!! Jika semua bulu ini menyatu dengan pintu, maka kamu akan jadi malaikat!”
“Aku nggak mau!! Aku Cuma mau jadi manusia biasa! Aku mau sekolah, aku mau sama kamu!! Aku mau di bumi!!” teriaknya.
“Tapi ‘dia’ udah milih kamu!! Kamu nggak bisa nolak! Ini takdir kamu!”
“ ‘Dia’ siapa? Aku nggak mau ada ‘dia-dia’ yang lain selain kamu!!”
“Tapi kami semua nggak bisa masuk dan mendobrak pintu ini!” teriakan Mikael bertambah keras, karena Fairy semakin tidak bisa mendengarnya.
Fairy menjauhi pintu, sedangkan Mikael masih berteriak di luar sana, tapi suara itu semakin tidak terdengar. Fairy mencoba menjernihkan pikirannya.
Fairy mencabut sehelai bulu di pintu itu ketika hampir semua bulu menyatu dengan pintu. Dia membakar bulu itu, dan ada seseorang yang mencegahnya.
“Jangan...jangan dibakar...”
Fairy terkejut melihat sosok malaikat yang compang-camping, dia mengamati dengan seksama, ternyata dirinya.
“Kamu..??”
“Aku ini kamu...jika kamu bakar bulu itu, sama dengan kamu membakar dirimu sendiri.”

“Fairy! Fairy!! Kamu bisa dengar kami?” teriak Mikael dari luar.
Sky dan Randy pun ikutan berteriak.

“Apa yang kamu bicarakan?!”
“Jangan bakar bulu itu...kita ini satu...satu nyawa dan satu jiwa.”
“Kamu itu siapa? Aku nggak kenal kamu!!”
Bulu-bulu itu sudah menyatu dengan pintu, hanya menunggu sehelai bulu lagi.
“Kamu sudah dipilih oleh ‘dia’ untuk menggantikan aku yang sudah banyak melakukan kesalahan ini..aku akan menggantikan kamu di sini.”
“Aku nggak akan membiarkan siapa pun merusak kebahagiaanku dengan Mikael!!”
“Ingat...aku ini kamu...Mikael adalah milikku juga..”
“Nggak!!! Mikael hanya milikku!! Aku bukan kamu, dan kamu bukan aku!! Aku nggak percaya kamu!!”
Fairy nekat membakar sehelai bulu itu. Dia tidak percaya dengan ucapan malaikat compang-camping itu. Yang Fairy rasakan hanya gelap dan semakin gelap.

“Mikael!! Semua bulunya hilang!!” ucap Sky lalu mendobrak pintu kamar Fairy.
Semua tercengang melihat keadaan Fairy.
# # #
Bagai berjalan di lorong yang panjang, Fairy tidak tahu berada di mana sekarang. Dia hanya berjalan dan terus berjalan tanpa tahu ini kemana dan ada dimana. Semuanya terasa sunyi dan tenang. Tidak ada dinding atau pun pintu di sini.
“Hallo....!! ada orang??” tanya Fairy sehingga suaranya bergema.
Tetapi keadaan masih normal, sama seperti tadi.
Fairy merasakan aroma harum. Dia mengikutinya.
Dia temukan sebuah padang rumput yang luas, dan lorong tadi hilang begitu saja. Tercium bau harum yang sangat menyengat, entah bau harum apa yang dicium oleh Fairy.
“Halooo!!! Ada orang disini??”
Fairy masih tidak mendapat jawaban. Yang terdengar hanya suara gesekan rumput dan ilalang. Tapi Fairy tidak berputus asa, dia berlari menuju batu besar dan naik.
Dia melihat sekeliling, semuanya rumput tidak ada bunga, tetapi wangi itu masih tercium, malah lebih menyengat kali ini.
“Aku Fairy...!! Adakah seseorang yang dapat menolongku keluar dari sini?”
Fairy berbalik dan jatuh dari batu.
“Jangan khawatir, aku ada disampingmu.” Ucap seseorang yang dikenal Fairy, Sky.
“Sky!!” panggil Fairy, tetapi Sky menghilang begitu saja.
Fairy panik, berlari sejauh mungkin hingga jatuh kelelahan. Terengah-engah Fairy mengatur napasnya, dan tampak sebuah balon udara besar yang seolah mengajaknya naik melihat sekeliling.
Fairy meraih balon udara itu dan naik melihat padang rumput yang luas itu. Semuanya tampak hijau dan lama-kelamaan membentuk sebuah sayap malaikat. Fairy langsung ingat dengan Randy dan juga Mikael. Dia bingung ingin turun, balon udara semakin terbang tinggi dan tak terkontrol. Fairy ingat dengan insiden bulu-bulu itu. Tetapi dia sekarang bingung sedang berada dimana, dan dalam pikirannya harus segera temukan yang lain.
Dengan nekat, Fairy terjun bebas dari balon udara tersebut. Dia merasakan angin yang kencang bertiup menerpa rambut dan wajahnya. Fairy sudah tak bisa merasakan apa-apa lagi, untung saja seseorang menyelamatkan jiwanya yang hampir menghantam bebatuan besar tadi.
“Jangan ceroboh. Aku nggak mau kehilangan kamu.” Ucap Randy yang bersayap.
“Randy!!” Fairy segera memeluknya, tetapi ternyata dia sedang memeluk sebatang pohon.
Fairy benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini. Stress Fairy dibuat oleh keadaan ini, dia hanya bisa berlari sekencang-kencangnya sambil menangis menyebut-nyebut nama Mikael. Tidak habis padang rumput itu sampai akhirnya Fairy menemukan sebuah pintu yang berdiri tegak di padang rumput itu.
Pintu? Ke mana?
Fairy ragu untuk membukanya. Dia takut melangkah, dan dia sadar tidak boleh ceroboh kali ini. Bisa-bisa nyawanya terancam.
Tapi Fairy memberanikan diri membuka pintu itu. Dia bisa bernapas lega, ternyata ini adalah kamarnya. Saat Fairy hendak merebahkan diri di tempat tidur, ada yang mengganjal punggungnya. Dia membuka bad cover yang bermotif bunga itu, astaga!! Ada seonggok jantung manusia disana bersama bau anyir darah. Fairy sungguh ingin muntah, muak dia dengan bau darah. Tapi anehnya lagi, bau harum yang ada di padang rumput itu masih menyertainya, walau sekalipun bercampur dengan bau anyir itu.
Organ jantung itu masih berdetak, dan tidak seperti jantung yang sudah mati dan tidak berfungsi lagi. Fairy bingung, kenapa bisa ada organ jantung di atas tempat tidurnya dan masih berdetak pula. Fairy menjauhinya dan berusaha keluar kamar dan memanggil orang tuanya. Tetapi setelah berkeliling rumah, tidak ada siapa pun. Baik tetangga atau pun orang lewat tidak ada di sekitarnya. Semuanya begitu sunyi dan dingin, seperti tidak ada kehidupan.
Lalu jika semua orang tidak ada di sini..jantung-jantung itu milik siapa? Kenapa jumlahnya tiga?
Fairy balik lagi ke kamarnya dan masih menemukan jantung yang berdenyut keras. Dia tidak berani meraih jantung itu, disamping jantung itu masih berdenyut dan berdetak, dia merasa tidak berhak membuang atau menyingkirkan jantung-jantung itu. Tetap saja Fairy merasa jijik dengan adanya jantung-jantung itu di kamarnya. Rasa enek itu masih menggelayuti dada Fairy dan benar-benar muak dengan bau anyir itu.
Tapi di suatu menit, ia merasa seperti terbius dengan bau wangi itu. Penglihatannya sudah kabur dan mulai hilang kesadaran. Fairy mencoba bertahan di kamarnya sambil terus mengamati detakan jantung itu, tetapi dia tidak bisa mengontrol kesadarannya. Hingga akhirnya jatuh pingsan di samping tempat tidurnya.

Lama Fairy pingsan, saat sadar ia sudah berada di atas tempat tidurnya. Ia buru-buru turun karena saat ia pingsan, jantung-jantung itu masih semangat berdenyut disini.
Tidak ada bekas jantung atau darah apa pun di atas tempat tidur. Beberapa kali Fairy memeriksa tempat tidurnya. Sampai diangkatnya kasur yang ada, dan benar-benar memeriksanya dengan teliti. Tapi semua itu ia hentikan ketika melihat pintu kamarnya yang sudah berubah. Lalu dia mengingat-ingat pintu itu. Ya! Itu pintu yang ia temukan di padang rumput itu! Dia membukanya dan tidak menemukan apa-apa. Hanya koridor rumahnya yang berwarna abu-abu. Fairy masih ragu dia ini sekarang berada dimana.
Fairy mencoba turun ke lantai bawah, terdengar suara manusia. Betapa senangnya Fairy ketika mendengar suara manusia lain selain dirinya. Tetapi kenapa terdengar ayat-ayat doa dari seorang Pastur? Siapa yang meninggal? Fairy bergegas turun dan menemukan semuanya sedang berduka.
Fairy mendekati Mikael yang berdiri paling belakang. Tetapi Mikael juga menangis, bahkan terisak.
Ada apa ini?
Fairy bingung, tapi dia harus bertanya.
Disentuhnya Mikael, “Sayang, siapa yang meninggal?”
Mikael tersentak, terkejut, dan isaknya terhenti. Bagai melihat hantu di siang bolong.
“Fairy?” ucapnya berbisik.
“Iya? Kenapa? Siapa yang meninggal?” tanya Fairy untuk yang kedua kalinya.
“Fairy??” sekali lagi Mikael memastikan.
“Iya! Ini aku! Kamu kenapa? Dan siapa yang meninggal?” teriak Fairy dan semua orang menolehnya.
Ekspresi yang ditunjukkan orang-orang sama seperti ekspresi Mikael tadi. Tercengang, terkejut, dan tersentak..mungkin lebih.
Bahkan ada beberapa teman Fairy yang pingsan.
Sky dan Randy pun segera menemani Mikael yang terkejut itu.
“Hallo..??? Kalian semua kenapa memandangku seperti itu? Ada yang salah dariku? Bunda...Ayah....Randy...kalian kenapa sih?”
Fairy melihat Pastur juga terkejut.
“Ada apa sih? Siapa yang meninggal?” tanya Fairy kesekian kalinya.
“Fairy??”
“Apa?”
“Kamu kan...”
“Aku kenapa? Kalian jangan buat aku sebal!”
Tapi Sky menarik Fairy menuju mayat yang berada di peti itu.
“Hei, kalian ini apa-apaan sih?”
“Fairy!! Lihat di sini!! Kamu udah meninggal!! Kamu sudah mati!!”
Kini giliran Fairy yang tercengang. Dia menangis di pelukan Sky, Randy, dan Mikael.
“Aku...mati??” isaknya, “Kapan aku mati? Dengan cara apa aku mati? Aku...mati??? Ini nggak mungkin!! Gue masih hidup!!!!!!!” teriaknya sambil menangis.
“Fairy!! Kamu udah nggak ada di dunia ini!! Kamu harus bisa terima itu!!” teriak Mikael.
Kini Fairy menghadapi Mikael.
“Kamu nggak sedih aku mati? Itu berarti aku ninggalin kamu!”
“Siapa bilang aku tidak sedih...aku hanya....” tersendat kalimat itu berlanjut, ada seseorang di samping Mikael.
“Siapa dia?” tanya Fairy yang beringas menghela napasnya.
“Dia kekasihku. Aku tau kamu nggak akan ada lagi buatku.” Akunya sambil menjauhkan diri dati Fairy.
Fairy sudah rapuh dan remuk. Dia merasa semuanya sudah berakhir dan tamat. Dia melihat jasadnya bersama tiga jantung itu. Jantung-jantung itu pun sudah berhenti berdenyut dan berdetak. Jasad Fairy pun tergolek tanpa napas di peti itu. Warnanya pun sudah sangat pucat, bagai mayat yang sudah berbulan-bulan tidak di kubur. Tetapi tidak ada bau busuk di jasad Fairy. Formalin, itu yang terlintas di benak Fairy. Tapi tidak mungkin jasadnya di formalinkan, karena saat Fairy menyentuh jasadnya di peti mati itu, masih hangat, seperti menyentuh orang yang masih hidup dan normal.
Fairy bingung dan kembali ke kamarnya sambil terus terisak. Dia berputus asa dan meloncat dari jendela. Semuanya menghitam dan gelap.

Fairy berada di lorong tempat semula ia berada. Bau harum pun masih tercium. Baunya sangat dekat, tetapi Fairy tidak bisa menemukan sumber bunyi itu.
“Fairy, Fairy...” ada seseorang yang memanggilnya di kejauhan sana.
Apakah aku di surga..atau di neraka?
Fairy mengikuti suara itu hingga akhirnya cahaya putih yang menyilaukan menerpa bola matanya.
# # #
“Fairy....Fairy.....” suara tadi masih memanggil, tapi kali ini tidak bergema.
Silau...egh....apa aku sudah di surga?
“Fairy...buka perlahan matamu.”
Siapa ya? Rasanya suaranya familiar....
“Bagaimana, sudah bisa melihat dengan jelas?”
Melihat? Apa yang harus dilihat?
“Fairy, please....katakan sesuatu...jangan bilang jika kamu bisu....” isak Mikael.
Mikael? Randy? Sky? Bunda? Ayah? Aku ini sebenarnya dimana?
“Mi...mi..ka..ee..el??” ucap Fairy tertatih.
“Mike, kayaknya dia mau bersandar deh...” ucap Sky.
Mikael memberi pundaknya kepada Fairy.
“Rumah sakit? Kok aku di rumah sakit? Siapa yang sakit? Aku? Kenapa aku sakit?”
“Sssttt....Fairy...jangan banyak keluar tenaga dulu.....baiknya kamu istirahat dulu.”
“Dokter...bagaimana keadaan sesungguhnya?” tanya Bunda pada dokter yang merawat Fairy.
“Sebenarnya kemarin sudah tidak ada harapan. Sempat jantungnya diam tidak merespon alat pacu jantung. Tapi ya itulah....tiba-tiba jantungnya berdertak kencang, seperti orang yang habis lari.”

“Fairy...” Mikael begitu perhatian kepada Fairy.
“Mikael...tolong jelaskan apa yang terjadi setelah bulu itu aku bakar.”
“Hm....,” Mikael menghela napas  panjang, “Kami semua,...melihat darah dimana-mana. Terutama darah yang keluar dari mata kamu, sayang...banyak banget.”
“Darah? Dari mata?”
“Iya Ry...ngeri kami lihatnya. Kami jadi ingat cerita Bunda Maria yang menangis darah. Aku dan Sky kira kamu emang beneran nangis darah.”
“Hah?”
“Kamu itu bukan nangis darah...Iry sayang...”
“Trus...kenapa bisa ada darah di mataku? Apa coba kalo aku nggak nangis darah?”
“Sebenarnya aku nggak tega ngasi tau kamu...” ucap Mikael sambil memeluk Fairy.
“Lho? Bilang aja...nggak apa-apa kok.”
“Rand, kamu aja yang bilang...Mikael nggak sanggup tuh bilangnya!”
“Kenapa aku? Kok nggak kamu aja?”
“Mikael....katakan saja...ada apa dengan mataku?”
“Sebenarnya itu....,” Mikael menghela napas lagi.
“Sebenarnya mata ini kenapa?”
“Apa kamu tidak ingat?” tanya Sky.
“Ingat? Ingat apa? Insiden bulu itu?”
“Saat kamu membakar bulu itu...asapnya mengenai matamu..dan ternyata kamu harus mendapatkan donor kornea mata. Jadi simplenya, itu bukan mata kamu, Iry.”
“Jadi...seharusnya aku buta sekarang?” tanya Fairy kepada kekasihnya yang menunduk itu.
“Tetapi kami tidak membiarkan kamu buta.” Ucap Randy.
“Maksudnya?”
“Ada seseorang yang mengaku mengenal kamu dengan baik, dan umurnya tidak panjang lagi. Maka sebelum dia ‘pergi’, dia mendonorkan kornea matanya buatmu.” Sky memberi penjelasan.
“Siapa?”
“Dia mengaku bernama Angel. Seorang wanita cantik, berumur 20 tahun, dan divonis oleh dokter,....penyakit jantung kronis.” Mikael membuka semuanya.
“Angel? Malaikat?”
“Bukan..bukan...yang ini manusia, bukan malaikat seperti kami.”
“Manusia bernama Angel?”
“Iya....dan dia bilang kalo dia dekat denganmu selama ini.” Randy menuangkan segelas air untuk Fairy.
“Selama ini? Siapa? Aku tidak kenal.”
Ketiga cowok yang ada diruangan itu serentak memandang Fairy.
“Lho? Kalian mengapa menatapku seperti ini? Aku memang benar kok tidak pernah kenal dengan seseorang wanita yang bernama Angel.”
“Tapi...dia menitipkan ini buat kamu. Katanya kamu sangat menyukai aromatheraphy ini?” Sky memberi Fairy sebuah kotak kecil yang berisi aromatheraphy.
Bau ini!? Bau yang aku cium di dalam lorong itu...aku tau sekarang...pasti waktu itu aku sedang dioperasi, dan sempat mengalami koma beberapa hari...dan semua itu pasti Cuma dunia dalam mimpi.
“Kenapa Iry? Kamu tidak suka dengan aromanya?” tanya Mikael.
“Tidak..aku sangat menyukainya.”
Fairy melihat aroma apa ini sebenarnya. Ternyata wangi ini tidak lain dan tidak bukan adalah aroma bunga sakura.
“Iry...atau jangan-jangan kamu lupa ini bau bunga apa?” tanya Mikael.
“Tidak...aku ingat..aku begitu menyukai bau sakura...yah...Angel benar. Aku benar-benar menyukai Sakura.” Tapi dia tau dari mana?
“Kami itu panik banget waktu kamu koma 5 hari kemarin.”
“Randy? Jadi benar ya aku sempat koma?”
“Kamu merasakannya?”
Mikael dan Sky pamit mau ke kantin membeli camilan.
“Iya..”
Fairy menceritakan semua apa yang ia alami di dunia komanya. Randy dan yang lainnya benar-benar tidak menyangka jika Fairy mengalami kengerian semua itu.
“Jadi...ada wanita yang mengaku sebagai kekasihku?”
“Iya sayang....waktu itu aku udah putus asa banget...aku kira kamu begitu cepat melupakan aku...aku harap itu nggak pernah terjadi..karena aku sayang banget sama kamu..dan aku juga cinta kamu..sangat cinta..”
Fairy memeluk Mikael, begitu juga Mikael.
“Aku nggak akan kemana-mana..aku akan selalu ada di samping kamu.”
So sweet.
“Tau nggak Ry...tiap detik Mikael ada di samping kamu. Saat Randy maksa dia buat gantian jagain kamu, dia nggak mau. Waktu aku minta apa lagi..hampir gue kena bogem mentah.”
“Benar itu Mike?”
“Iya.” Jawabnya merdu pelan.
Aku tau...aku nggak mungkin salah pilih orang.
“Makasih ya..?”
Mikael hanya tersenyum sambil terus menggenggam tangan Fairy yang lemah dan rapuh itu.
“Ya udah...kalo gitu aku sama Randy...pulang dulu..udah pada bau nih...dari kemaren nggak mandi...kalian juga perlu waktu berduaan kan? Yuk?”
“Thanks..kalian emang best friendsku.”
Randy dan Sky pulang untuk beristirahat.
“Sayang...kamu tau enggak Angel?”
“Enggak, kami hanya tau namanya aja, orangnya sendiri kan udah meninggal.”
“Aku pengen ketemu...aku pengen ziarah ke makamnya.”
“Oh..bisa...kebetulan dia anggota baru di gerejaku. Kita temui saja orang tuanya. Kebetulan aku tau.”
# # #
Fairy sudah sehat kembali. Harinya sudah kembali normal dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menemui orang tua Angel. Bersama Mikael, Fairy mengunjungi rumah Angel.
“Oh...jadi Nak yang menerima donor kornea mata dari anak kami?”
“Iya Bu...bolehkan saya bertanya tentang Angel?”
“Oh..boleh, bahkan Angel katanya sudah lama ya kenal dengan Nak?”
“Begini Bu...memang Angel bilang pada teman-teman saya kalau Beliau mengenal saya..tapi..saya sendiri tidak pernah mengenal Angel. Bahkan saya baru mendengar namanya saat saya sadar dari koma.”
“Hah? Masa’ sih Angel salah mendonorkan kornea matanya? Sebentar ya..Ibu ambil diary milik Angel dulu.”
Fairy dan Mikael hanya perlu kepastian sekarang.
“Ih, Nak bernama Fairy Ely kan?”
“Iya.”
“Umur Nak...17 tahun kan?”
“Iya..”
“Bener kok..nggak salah orang. Coba nih baca diary Angel tentang kamu.”
Fairy dan Mikael membaca diary milik Angel.
Betapa senangnya aku ketika aku menemukan teman sebaik Iry. Bahkan dia selalu menolongku disaat aku mengalami kesulitan. Bahkan Iry suka terbang bersamaku, naik balon udara bersamaku, dan berlarian di padang rumput yang hijau. Tapi...aku tidak habis pikir kenapa dia membakar benda kenangan yang aku berikan...akibat asap yang timbulkan saat dia membakar sebuah bulu terindah yang aku berikan padanya,..matanya menjadi buta...dan kata dokter tidak bisa melihat lagi. Aku benar-benar merasa bertanggung jawab dengan peristiwa itu....aku memang sempat ingin merebut kekasihnya, dan hal itu diketahui oleh Fairy..akibatnya dia membakar bulu itu. Maka dari itu, untuk menebus kesalahanku, aku ingin mendonorkan kornea mataku untuknya. Aku tahu..umurku tidak panjang lagi...mungkin dalam beberapa hari ini aku akan tinggalkan bumi, dan juga meninggalkan Fairy..sahabatku yang paling baik. Aku ingin Fairy bisa melihat kekasihnya atau orang-orang yang dicintainya lagi, tidak seperti aku yang hanya mempunyai Fairy...bahkan tidak ada yang mau menyayangiku seperti kekasih Fairy yang begitu menyayangi Fairy.
“Nak...ini foto Angel.”
“Fairy...kok mirip kamu sih?”
“Iya...Angel nyaris mirip dengan Nak, makanya...dia begitu menyayangi Nak, dia sudah anggap Nak adik kandungnya.”
“Apakah...Angel bahagia?”
“Tidak...dia bahagia setelah bersahabat denganmu.”
“Kalau begitu...bisakah saya berziarah ke makamnya?”

Fairy menangis di makam itu. Angel ternyata adalah wanita yang ada di dalam alam bawah sadarnya sewaktu Fairy koma. Angel adalah wanita yang ada di sisi Mikael saat Fairy melihat tubuhnya tergeletak di peti mati itu.
“Benar kamu tidak mengenalnya?”
“Tidak Mike. Memang dia nyaris mirip denganku, tapi Angel tetap Angel, dan aku tetap Fairy.”
“Lalu..mengapa Angel mengenalmu?”
“Aku juga tidak tahu...mungkin dia selalu menemani aku di saat aku koma. Sayangnya kamu mungkin tidak bisa melihat wujudnya.”
“Hm...bisa jadi. Kalau sudah..kita pulang?”
“Iya.” Fairy bangkit dari bersimpuh, dan sempat mengecup makam Angel. Walau Fairy tidak mengenalnya, tetapi Fairy merasa Angel dekat dengannya.
# # #
                                       
                                      TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar