Di sebuah zaman ketika perang masih gencar terjadi, ada kabar burung yang mengatakan jika di tengah-tengah perang yang terjadi itu ada seorang penyihir yang kejam dan melawan musuh-musuh yang menyerang Gircaland yang damai ini. Belum satu pun manusia yang pernah melihat wujud asli dari penyihir itu. Para prajurit hanya mengatakan jika wujud jelmaan dari penyihir itu adalah seekor siluman ular. Katanya dia selalu mengubah warna sisiknya. Tapi jika sisiknya sampai berubah menjadi warna pelangi, maka penyihir itu benar-benar sedang marah dan tidak pandang bulu membunuh semua yang ada di sekitarnya. Dan cerita ini adalah kisah mengenai kebenaran tentang adanya penyihir itu.
Cash, nama penyihir itu. Dia sekarang sedang berada di rumahnya di perbatasan antara negara Yergu dan Gircaland. Ini adalah 2 negara yang sedang berselisih dan tugas Cash harus bisa menghentikan perang yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya ini. Cash dulunya hanya seorang anak laki-laki biasa yang tumbuh di keluarga yang penuh dengan nilai agama. Tetapi ketika Yergu menyerang Gircaland, kedua orangtua Cash menjadi korbannya. Dia kehilangan semua anggota keluarganya, dan setelah itu dia bertekad akan menghentikan perang ini dengan menjadikan dirinya seorang penyihir kelas atas. Mungkin memang sudah menjadi takdirnya menjadi seorang penyihir yang handal, maka ia bertemu seseorang kakek tua yang mengajaknya ke suatu tempat yang ternyata tempat itu adalah akademi sihir. Maka Cash besar dan tumbuh di akademi itu sampai akhirnya dia memutuskan untuk bersiap menghadapi perang diluar sana. Karena dia berfikir dirinya tidak bisa hidup di sembarang tempat, maka dia memutuskan untuk bertempat tinggal di perbatasan antar kedua negara. Perang biasanya dilaksanakan pada malam hari dan Cash selalu berubah di malam hari. Wujudnya memang seekor ular raksasa yang amat besar, lebih tepatnya ular yang memiliki sayap. Wujud normalnya adalah ular dengan sisik gelapnya, Cash bertarung seorang diri. Sampai pada suatu ketika dia pulang kerumah dan menemukan ada seorang anak kecil berumur sekitar 10 tahun sakit di depan rumahnya dan Cash merawatnya. Karena anak itu merasa hutang budi kepada Cash, maka die bersedia menjadi penjaga rumah Cash selagi Cash bertarung diluar. Sebenarnya Cash adalah remaja laki-laki yang charming dengan usianya yang baru 19 tahun tetapi dia sudah menanggung beban yang amat berat di pundaknya.
Dan suatu hari ketika Cash sedang diincar oleh penyihir jahat dari negeri Yergu, dia bertemu dengan seorang gadis pembuat miniatur lilin yang sedang tersesat mencari alamat pelanggan untuk mengantarkan pesanan miniatur lilinnya.
“The first of street Dunn…jalan Dunn dimana ya? Sepertinya aku tersesat…haduhh aku harus tanya orang.”
“Apakah kamu tersesat Nona?” tanya Cash yang tiba-tiba muncul begitu saja di depannya.
“Ha…iya aku sedang tersesat…”
“Bisakah aku tau alamatnya?”
“The first of street Dunn..”
“Pegang tanganku jangan lepaskan ya.” Ucap Cash dengan tersenyum dan menggandeng tangan gadis lilin itu.
Mereka sepertinya tidak berjalan dan hanya diam berdiri di tempat itu, hanya saja sekitar mereka orang-orang berjalan sangat cepat dan seketika itu pula mereka sudah ditempat yang dimaksud.
“Okay, sudah sampai. Jaga dirimu baik-baik ya, aku pergi dulu.” Cash pergi dengan berbelok ke gang kanan sempit yang ada di depan. Karena gadis itu belum sempat ucapkan terima kasih, dia menyusul Cash. Tapi apa, Cash hilang bagai ditelan bumi—cepat padahal baru saja ia membelok ke gang itu.
“Cepat sekali menghilangnya…aku ini tidak salah lihat kan?”
“Hei, kamu yang berdiri disana!” panggil seseorang dari dalam rumah.
“Iya?!”
“Kamu gadis lilin ya? Kemarilah, aku yang memesan miniatur lilin itu!”
“Baik!!”
Sementara itu Cash pulang kerumahnya untuk beristirahat karena nanti malam serangan akan lebih dahyat dari serangan-serangan sebelumnya. Dan Cash juga mandengar jika penyihir jahat dari Yergu bernama Lady Jova akan menyerangnya dan mengepungnya. Cash menyusun strategi untuk mengelabuhi anak buah Lady Jova.
“Terima kasih Tuan!”
“Bisakah kamu pulang sendirian? Atau mau singgah dahulu dirumahku ini?”
“Tidak usah Tuan, saya masih banyak pekerjaan saya harus kembali. Saya harus jalan kemana Tuan jika ingin kembali ke kota?”
“Lurus saja sampai kamu akan temukan pangkalan kereta kecil. Disanalah kamu bisa kembali ke kotamu, di lain kesempatan aku akan main ke tokomu.”
“Iya Tuan. Selamat tinggal.”
Gadis lilin yang berambut panjang itu pergi kembali ke tokonya di Gircaland city. Selama perjalanan pulang dia sedang diikuti oleh seseorang. Setiap kali gadis itu menoleh ke belakang, dia tidak menemukan sosok itu. Dia mempercepat langkahnya agar ia cepat sampai ke tokonya yang sekaligus menjadi rumahnya. Dia baru merasa aman ketika dia sudah masuk ke dalam tokonya. Baru kali ini dia merasa aneh melihat manekin lilin yang ia buat sendiri. Seakan-akan mata manekin itu menatapnya tajam dan selalu mengawasinya. Dia segera membersihkan dirinya lalu dia makan seorang diri. Saat ia ingin melanjutkan ke tidurnya, ada seseorang yang masuk ke dalam tokonya. Rupanya seorang pelanggan yang sedang melihat-lihat hasil karyanya.
“Selamat datang Nyonya, ada yang bisa dibantu?”
“Boneka-boneka ini buatan siapa? Apakah semua ini buatanmu, Nona?”
“Iya Nyonya. Apakah Anda ingin membelinya?”
“Aku merasa tertarik, bolehkah jika beberapa hari aku ke sini lagi? Aku rasa perlu mengajak anakku ke sini buat melihat-lihatnya.”
“Silakan Nyonya, saya tunggu.”
“Terima kasih, saya permisi.”
Aroma orang itu wangi sekali seperti bunga melati yang segar dan baru mekar. Gadis lilin itu teringat dengan pemuda yang menolongnya tadi sore.
“Pemuda tadi siapa ya? Kenapa aku tidak pernah melihatnya disini? Apakah dia datang dari negeri musuh atau dia seorang penyihir? Aku merasa nyaman dekatnya, seperti merasa aman dari segala ancaman. Pakainnya aneh, mewah tapi tidak terlihat mahal. Hanya menggunakan kemeja warna putih dan jubah warna hitam dengan celana resmi panjang…oya dan juga memakai sepatu pantovel! Siapa dia sebenarnya? Ya! Akan aku buat miniaturnya!”
Akhirnya gadis itu tidak jadi tidur karena ingin sekali membuat miniatur Cash dengan sebaik-baiknya. Di setiap pahatannya dia membayangkan wajah Cash yang tampan itu. Ketika ia sudah selesai membuat body dan juga wajah, sekarang sentuhan terakhir adalah rambutnya yang mempesona. Rambut Cash pendek spikey dan berwarna merah menyala. Setelah beberapa menit berkonsentrasi, akhirnya dia selesai membuat miniatur itu dengan sempurna. Ukurannya memang dibuat lebih besar dari miniatur-miniatur yang dia buat biasanya. Kemudian dia meletakkan patung Cash lilin di meja kamarnya, dengan alasan agar bisa setiap hari dipandangi sebelum tidur.
Cash bertarung malam ini. Anak buah Lady Jova memang lumayan banyak dan Cash masih mencuri perhatian anak buah itu. Cash inginkan jika anak buah Lady Jova saling menyerang dengan pasukan Yergu. Tetapi itu adalah batu loncatan yang cukup sulit karena situasi yang penuh dengan missil yang saling meledak dan membentur satu sama lain. Sehingga menyulitkan jarak pandang, tetapi begitu ada kesempatan Cash langsung saja menelan anak buah Lad Jova dan juga para musuh dari Yergu dan lalu memuntahkannya lagi dengan bisa beracun yang Cash miliki. Mungkin karena Cash terlalu banyak mempunyai musuh malam ini, maka ia sudah tidak bisa mengontrol perubahan pada dirinya. Sisiknya berubah menjadi warna pelangi dan dia mengamuk di arena pertempuran. Semuanya ia basmi sampai bisa yang ia miliki sangat berbahaya, menyadari jika ia sudah lepas kendali, maka ia sudahi semuanya sampai disini dan kembali pulang.
“Ha! Tuan, kau tampak lusuh. Apakah malam ini banyak?” tanya anak yang ditolong oleh Cash waktu itu.
“Ya banyak, lebih banyak dari malam-malam sebelumnya. Tolong air panas Joe, aku ingin mandi.” Ucap Cash lemas.
“Okay Tuanku!” Joe lalu menyiapkan air panas untuk Tuannya, Cash.
Cash berendam di bath-tup dan merilekskan dirinya. Banyak luka dibadannya akibat bertarung tadi. Setiap dia berubah wujud menjadi sisik pelangi, maka perlahan prosesnya ketika ingin berubah menjadi sosok ular akan semakin cepat. Bahkan jika Cash sudah sangat sering berubah ke bentuk yang paling ekstrim, maka dirinya menjadi sangat tidak terkontrol dengan perubahan ke sosok ular. Maka dari itu Cash sangat menjaga segala bentuk perubahan tubuhnya.
Nyonya itu datang kembali ke toko lilin dan kali ini bersama ke 2 anaknya. Gadis itu menyambutnya dengan ramah.
“Apa kabar Nyonya?”
“Baik, sesuai dengan janji saya. Ini kedua anak saya..mereka baru saja lulus sekolah dan sekarang sedang melakukan liburan. Jika boleh aku tahu, siapa namamu Nona Lilin?”
“Nama saya Elia. Jadi, Nyonya ingin mencari apa miniatur yang seperti apa disini?”
Nyonya dan kedua anaknya diam saja. Elia tidak tahu jika Nyonya yang sekarang ada di depannya ini adalah Lady Jova beserta kedua anak buahnya. Anak buah Lady Jova melihat Elia bersama Cash beberapa hari yang lalu, maka dari itu Lady Jova memanfaatkan gadis ini untuk memancing Cash keluar. Elia masih berdiri disamping Lady Jova dan anak buahnya memotong sedikit rambut Elia untuk memancing Cash keluar. Karena Lady Jova tahu jika Cash pasti akan menolong gadis lilin ini. Lady Jova mengenal Cash dari kecil, karena Lady Jova pernah menjadi guru dari Cash dulu sewaktu di akademi sihir. Lady Jova menyalahgunakan sihir yang ia punya sehingga ia ditendang keluar dari akademi sihir itu dan bergabung dengan Yergu untuk bersama melawan Cash.
“Nyonya?”
“Ah, maaf saya melamun..”
Salah satu anak buah Lady Jova keluar dari toko dan mengirim pesan kepada Cash dengan menyertakan rambut Elia, si gadis lilin itu.
“Terima kasih Nyonya atas kunjungan Anda ke toko saya.” Elia menerima uangnya.
Di luar Lady Jova langsung meremas miniatur yang baru saja dibelinya dan melelehkannya. Itu tandanya dia serius ingin menjadikan Elia sebagai alat untuk memancing Cash keluar dan menemuinya. Cash dan Lady Jova memang dari pertama kali bertemu tidak akur. Lady Jova menganggap Cash adalah murid yang sok pintar dikelasnya. Pada suatu hari Lady Jova ingin mengerjai Cash, tetapi Cash tidak bisa masuk ke dalam perangkapnya, karena Cash sudah tahu apa yang akan Lady Jova buat kepadanya. Semenjak itu Lady Jova menganggap Cash telah mempermalukannya di depan semua murid-muridnya. Dan hal inilah yang memicu Lady Jova untuk membalas dendam kepada Cash.
Dirumah Cash, Joe menerima surat ancaman dari anak buah Lady Jova. Menunggu Tuannya selesai mandi, Joe membuatkan sarapan untuk Cash. Begitu Cash menuju meja makan, Joe langsung memberikan surat itu.
“Tuan, ada surat dari Lady Jova.”
Begitu Cash memegangnya, keluarlah sesosok bayangan hitam yang memegang rambut Elia. Bayangan itu hanya diam, tak punya mata, tak punya mulut atau alat indera lainnya. Mudah saja bagi Cash, tinggal membacakan mantra bayangan hitam itu berubah menjadi seekor burung.
“Yang bersayap kembali ke wujud asal.”
Bekbekbek bunyi kepakan sayap burung itu dan dikakinya terikat 1 pucuk surat yang ditulis langsung oleh Lady Jova. Didalam surat itu dikatakan jika Elia, gadis yang sempat ditolongnya beberapa hari yang lalu itu sedang dalam bahaya. Jika Cash ingin gadis ini selamat maka dia harus bertemu dan mengadakan perjanjian dengan Lady Jova sekarang di depan toko milik Elia. Mengetahui Lady Jova menggunakan permainan kasar, maka Cash menerima permainan ini dengan senang hati. Cash mengingat kembali gadis yang ditolongnya beberapa hari yang lalu. Dan ketika dia ingat, dia langsung pergi ke toko milik Elia.
“Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?” tanya Elia kepada Cash yang menyamar sebagai pemuda compang camping.
“Bisakah kamu memberiku sebungkus makanan? Aku belum makan sejak semalam.” Ucapnya menunggu reaksi serangan dari Lady Jova yang sudah ada di seberang toko Elia.
“Kamu belum makan sejak semalaman? Dimana rumahmu?”
“Belum, aku tidak punya uang untuk membeli makanan, dan serta itu pula aku tidak memiliki rumah.”
“Sungguh kasian, ikutlah denganku. Akan aku berikan makanan dan untuk sementara ini kamu boleh tinggal disini sambil membantu aku. Kamu mau kan?”
“Benarkah? Tetapi, aku tidak bisa tinggal disini…” langsung pada saat itu Lady Jova menyerang mereka dengan sebuah bom tepung beracun. Dan Elia baru menyadari jika pemuda yang dihadapannya adalah Cash yang menolongnya beberapa hari yang lalu.
“Berlindunglah, jangan sampai kamu terlihat oleh mereka.”
Elia langsung masuk ke dalam kamarnya dan resah menunggu Cash yang melawan penyihir jahat di lantai bawah, ditokonya. Fikir Elia ini adalah tempat yang aman dari pada penyihir jahat itu. Ternyata dia salah, anak buah Lady Jova melihatnya dan masuk ke dalam kamar. Padahal kamar sudah terkunci rapat dan mereka menjadi cair untuk bisa masuk ke dalam suatu ruangan. Elia sudah terpojok, dia bingung harus melawannya dengan apa. Mereka ingin menangkap Elia dan melukainya, dan Cash masih punya urusan dibawah sehingga tidak bisa melindungi Elia. Maka kenalah Elia, rambut panjangnya dipotong oleh para anak buah itu. Dia kehilangan rambut indah panjangnya, dan mungkin karena mereka memotong dengan senjata berlendir, warna rambut Elia berubah! Dari berwarna pirang emas menjadi warna merah muda. Mungkin Elia tidak terima rambutnya berubah menjadi seperti itu, dan dia bersumpah akan membalas perbuatan Lady Jova atas rambutnya itu.
“Aku akan membalasnya!!”
“Aku rasa kamu tidak lagi aman disini. Kamu harus meninggalkan tempat ini!”
“Tidak bisa, aku harus menjaga toko ini!” Elia besikeras untuk tidak meninggalkan tempat itu.
“Jangan khawatir, ikutlah bersamaku. Kamu akan aman berada bersamaku.”
Elia masih saja menolak, sedangkan Cash sudah terdesak dengan semua anak buah Lady Jova yang menyerupai seperti lendir itu. Cash tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia langsung mengubah dirinya menjadi ular bersayap dan membawa pergi Elia dari tempat itu. Ekor Cash di tempeli dengan jarum-jarum pesakitan yang membuat terbang Cash menjadi tidak terarah. Elia mencoba turun ke ekornya dan mencabut satu persatu jarum pesakitan itu. Ekornya sudah menggeliat kesana kemari membuat Elia susah untuk mencabut semua jarum itu. Beberapa kali Elia hampir jatuh dan rupanya efek dari jarum-jarum itu membuat Cash tidak sadarkan diri. Cash berubah ke wujudnya yang semula dan dia jatuh dari langit bersama Elia. Elia yang masih sadar itu tidak tahu cara menghentikan Cash dan mereka bersama jatuh ke ladang yang luas. Bruukk!! Elia merasakan tangannya luka dan Cash masih juga tidak sadar akibat jarum pesakitan itu. Elia mencoba bangkit tetapi kakinya juga terkilir, sadar ia tak bisa berbuat apa-apa, ia mencoba membangunkan Cash dari pingsannya. Cash hanya setengah sadar dan dia sangat lemas, di angkasa sana anak buah Lady Jova masih terus mengejar dan kali ini bukan jarum yang ditujukan pada mereka, tapi banyak anak panah!
“Bangun! Bangun!! Atau kita akan mati disini!”
Cash langsung bangun dan dia memaksakan diri untuk merubah dirinya kembali menjadi ular, tetapi dia mungkin tidak sanggup. Tubuhnya hanya bersisik, tetapi di tidak mampu untuk mengubah dirinya menjadi ular. Anak panah itu semakin mendekat dan banyak, Elia tidak sanggup melakukan apa-apa yang ia tahu hanya melindungi penyihir negeri ini, Cash. Ketidakberdayaan Elia membuat Cash ingin melindunginya, dengan tenaga terakhir yang ia miliki, dia mengangkat salah satu tangannya dan menghentikan anak panah itu tepat sebelum mata anak panah itu menyentuh tubuh Elia. Lady Jova merasa kali ini sampai disini saja, karena kondisi Cash yang sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan peperangan ini. Cash lalu memanggil angin untuk mengantarkannya dan juga Elia pulang kerumah. Cash sudah tidak sadarkan diri.
Elia hanya duduk di depan perapian, menghangatkan tubuhnya karena udara diluar sangat dingin. Joe yang sudah selesai mengurus Cash turun dan bertanya kepada Elia.
“Kamu siapa? Seorang penyihir ya? Rambutmu seperti gulali.” Ya jelas Joe mengatakan hal seperti itu, karena rambut Elia berwarna merah muda menyala dan tidak jauh dengan warna rambut Cash yang berwarna merah seperti api membara.
“Hei! Anak kecil diam saja!” Elia melipat tangan dan menekuk wajah.
“Sedang apa kau disini?”
“Seharusnya kamu berterima kasih karena aku sudah menolong tuanmu itu.”
“Bukannya Tuanku yang menolongmu?”
Elia rupanya sedang kesal dengan hancurnya toko lilinnya dan juga dengan rambut barunya yang semua ini akibat Lady Jova. Jika penyihir itu sudah sadar, aku akan minta ganti rugi atas semuanya!
“Hei gulali, Tuan ingin bertemu denganmu.”
“Jangan panggil aku gulali!”
Elia masuk ke dalam suatu kamar yang amat luas, dan disanalah Cash sedang terbaring lemas. Sebelum Elia berkata, dia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Banyak sekali mainan dan patung yang terbuat dari lilin, dan Elia rasa dia mengenalnya. Ya! Semua patung dan mainan itu buatan ayahnya dahulu! Tapi kenapa bisa ada di kamar Cash sekarang? Jawaban yang besar sedang dinanti Elia.
“Kau harus ganti toko lilinku yang hancur.”
“Aku akan mengganti semuanya.” Jawab Cash lemas.
Elia mendekatinya, dia melihat sebuah foto tua di atas meja. Itu foto ayahnya bersama seseorang yang tampan. Tetapi Elia tidak pernah melihat foto ini sebelumnya.
“Katakan Cash, mengapa foto ayahku disini?”
Cash langsung duduk dan rupanya terkejut juga, “Itu ayahmu Elia?”
“Dan semua patung dan mainan ini milik ayahku.”
“Akhirnya aku temukan kamu!” Cash langsung memeluk Elia yang masih ingin mendapat jawaban pasti itu.
“Jelaskan padaku.”
“Kamu lihat kalung ini? Kamu juga punya ini!” Cash menunjukkan kalung yang ia pakai. Elia juga memilikinya, kalung itu sama.
“Ini ayahku yang buatkan! Mengapa kamu juga memilikinya?”
“Karena ayahku adalah sahabat ayahmu Elia! Dan ini milik mereka! Sekarang menjadi milik kita.”
“Artinya?”
Cash memeluk Elia lagi. “Masa’ kau tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan?”
“Aku tidak mau banyak basa basi denganmu Cash, aku ingin kamu kembalikan aku ke rumahku dan tolong bangun tokoku lagi yang sudah kau hancurkan! Aku tidak ingin berlama-lama lagi disini.”
“Ah Elia, ayolah….kamu jangan seperti itu padaku . Aku berjanji akan mengganti semuanya!”
“Aku tidak bisa hidup tanpa lilin…..” Elia menangis karena ia sedih tidak bisa lagi memandangi boneka Cash yang ia buat beberapa hari yang lalu.
Cash mulai serius dengan Elia, “Elia, dengarkan aku…mulai sekarang kamu tidak bisa bebas seperti kemarin lagi. Maafkan aku sudah melibatkanmu beberapa hari yang lalu. Bukan maksudku ingin mencari teman untuk menghadapi Lady Jova, tetapi aku sudah lama mencarimu bahkan ketika aku mendengar ayahmu meninggal, aku sudah berusaha. Tetapi takdir berkata lain, meskipun aku seorang penyihir hebat tetap saja aku tidak bisa merubah takdir yang sudah ada. Jadi sekarang aku minta kamu mengerti dengan kondisi kamu dan kondisi aku sekarang, Lady Jova akan menggunakanmu terus sebagai umpan agar aku menemuinya, maka dari itu aku ingin menyelamatkanmu terlebih dahulu dari tangan Lady Jova.”
“Tapi tetap saja kamu sudah menghancurkan tempat idamanku! Karena hanya itu satu-satunya rumah ayah…dan sekejap kamu merusaknya dengan kekuatanmu yang dahsyat itu..aku tidak terima hal ini.”
Dalam keadaan yang masih pusing dan tidak enak badan karena melawan Lady Jova, Cash berdiri dari tempat tidurnya dan membuat sihir agar Elia tidak lagi sedih seperti itu. Elia menghapus air matanya dan menghentikan Cash, “Lebih baik kamu istirahat, aku butuh waktu buat sendirian.” Elia keluar dari kamar Cash dan menuju teras belakang rumah. Disana Elia bisa mengeluarkan semua apa yang sudah membuat dadanya sesak. Jauh disana terhampar sawah dan kebun bunga warna warni. Tempat ini damai sedamai wajah Cash saat memandangnya. Tapi bukan Elia jika tak ada lilin ditangannya. Kemudian Joe menhampirinya dan memberikannya sesuatu, ya itu adalah bahan lilin yang biasa Elia gunakan untuk membuat miniatur lilin. Tetapi otaknya sedang buntu, lilin itu hanya teronggok diatas meja tanpa tersentuh. Dari dalam kamarnya, Cash sedih melihat Elia. Dia juga belum tahu persis apa yang membuat Elia bersikap seperti itu, yang jelas ia pasti sangat jengkel dengan Cash karena sudah menghancurkan toko lilin miliknya dan juga semua benda-benda peninggalan ayahnya ada padanya.
“Elia, sudah malam. Kamu tidak ingin mengucapkan salam kepada Tuan Cash?”
“Dia mau kemana? Bukan kah kesehatannya masih menurun?”
“Sudah ku larang untuk bertempur, tapi dia tetap nekad mau pergi.”
Elia langsung mencari Cash, dia sudah tidak ada di kamarnya dan itu tandanya dia sudah pergi untuk berperang.
“Kamu telat Elia, dia sudah pergi.”
“Berapa jam aku di teras? Mengapa kamu tidak menyapaku?”
“Sudah berjam-jam, sekitar 4 jam. Aku fikir kamu sedang marah..ya sudah aku tidak berani ganggu.”
“Arrgggghhhh!!” mood Elia berubah menjadi kesal. Bukan karena Joe yang tidak menyapanya, tetapi dia jengkel dengan dirinya sendiri yang sangat bodoh melamun tiada arti di teras belakang sampai berjam-jam dan tanpa melihat Cash sebelum dia pergi. “Jam berapa Cash biasanya pulang?”
“Menjelang pagi ia baru pulang, sudahlah jangan ditunggu! Dia suka hilang ingatan jika sehabis berperang. Jangan berharap dia akan menghayal sedang ditunggui olehmu.’’
“Joe, benarkan Cash seorang penyihir yang orang katakan seperti ini?”
“Apa yang orang katakan selama ini?”
“Dia adalah penyihir yang kejam, jika ia berubah menjadi ular bersisik pelangi itu tandanya dia akan menjadi ganas dan tidak bisa membedakan mana kawan dan lawan. Benarkan seperti itu Joe?”
“Tuan Cash bukan penyihir yang jahat, justru sebaliknya. Dia adalah seseorang yang sangat baik hati. Buktinya dia mau menolongmu disaat kamu kesulitan kan? Jika tentang perubahan dirinya yang itu mungkin lebih parah dari apa yang kamu bayangkan. Semakin sering Tuan Cash berubah menjadi ular bersisik pelangi, bisa bisa ia tenggelam selamanya dalam sosok jahat itu. Itu adalah sebuah kesalahan, Elia.”
“Sebuah kesalahan? Maksud kamu?”
“Sewaktu Tuan Cash sedang menjalani akademi sihir, Lady Jova sengaja memasukkan ramuan ke dalam minuman Tuan. Sedangkan Tuan tidak tahu jika ramuan itu ada, dia hanya tahu ramuan itu ada di jama dahulu dan sekarang sudah dimusnahkan. Ternyata semua yang ia baca salah, Lady Jova masih memiliki ramuan terlarang itu. Ramuan itu bernama Snake Curse, siapa pun yang menggunakannya, lambat laun perubahan sisiknya menjadi warna pelangi dan siapa pun yang telah berubah sisiknya menjadi warna pelangi, dia akan selamanya terjebak dalam lingkaran setan.”
“Benarkah seperti itu? Lalu, pasti ada cara melepaskan kutukan ular tersebut kan?”
“Tuan Cash belum sempat membacanya, setelah ia meminum itu tubuhnya langsung bersisik dan dia langsung berubah menjadi ular. Sewaktu aku tanya dimana buku yang ia baca waktu itu, kemungkinan Lady Jova telah membawanya. Dan mungkin Lady Jova memancing Tuan Cash keluar agar menemui dia supaya Tuan Cash mengambil buku miliknya yang ada pada Lady Jova.”
“Jadi, sampai sekarang belum ada yang tahu bagaimana memusnahkan kutukan itu?”
“Tuan Cash sudah bertanya ke sana kemari, tetapi dia malah dituduh menyimpan ramuan itu secara diam-diam. Lady Jova merasa dipermalukan waktu itu oleh Tuan, maka ia membalasnya dengan cara busuk dengan menuangkan ramuan kutukan itu ke dalam gelas Tuan Cash. Karena ia dituduh yang tidak-tidak dengan gurunya, maka dengan terpaksa Tuan di keluarkan secara paksa dari akademi sihir. Maka dari itu dia sudah bersumpah untuk membalas dendamnya kepada Lady Jova bagaimana pun caranya. Tetapi belakangan ini rupanya Tuan sering tidak terkontrol. Pernah suatu pagi-pagi buta dia pulang dengan wujud yang menyeramkan, tidak indah seperti biasanya. Sisiknya pelangi dan menyilaukan, matanya merah dan nafasnya sangat tenang. Kedua sayapnya sangat lebar sampai tidak muat masuk ke dalam rumah ini. Aku melihatnya dari balik pintu kamarku, dan aku tidak berani keluar. Paginya, sekitar jam 11 Tuan bangun dengan pincang dan suhu tubuh yang sangat panas, lalu ia pingsan selama beberapa jam. Saat aku tanya mengapa kondisinya seperti itu, dia hanya mengatakan jika semalam ia sedang bermimpi buruk.”
“Aku harus memecahkan kutukan itu!”
“Kamu gila Elia? Tuan Cash pasti akan mati-matian melindungimu. Aku jamin dia berani bertaruh nyawa pada Lady Jova jika menyangkut tentang kamu.”
“Kenapa? Aku kan tidak ada sangkut pautnya dengan dia? Lagi pula aku baru kenal dengannya, iya kan?”
“Apa kamu belum diberitahu olehnya Elia?”
“Tentang apa? Aku rasa aku tidak mengetahui apapun tentang dia kecuali tentang perubahannya yang menyeramkan itu.”
“Kalung yang kamu pakai dan dia sama kan?”
“Iya, katanya sih ayahku yang buatkan satu untuknya, dan aku tidak mengerti sebenarnya ini kalung apa, bentuknya aneh. Jika aku melepasnya sebentar saja, ayah langsung marah padaku.”
“Aku ingin kamu mengetahui sendiri, coba setelah Tuan pulang kamu perhatikan kalung dia dan juga perhatikan kalungmu. Jika kamu sudah mengerti dengan polanya, kamu akan tahu dengan sendirinya.”
“Apa sih? Ngaco deh kamu Joe. Pokoknya aku ingin menunggu Cash di ruang tengah.”
“Percuma, aku sudah katakan padamu tadi.”
“Tidak! Aku harus menunggunya!”
“Ya sudahlah, lagi pula ini sudah malam. Jangan ganggu aku, aku ingin tidur. Nite Elia.”
“Nite Joe.”
Elia besikeras ingin menunggu Cash di ruang tengah, sempat ia membayangkan sosok Cash jika ia berubah menjadi ular bersisik pelangi, pasti akan sangat menakutkan. Tapi dia tidak ingin Cash terus berubah ke wujud menyeramkan itu, karena antara dia dan Cash ada urusan yang belum terselesaikan. Elia menunggu sampai ia ketiduran, entah berapa lama dia kemudian tersadar Cash sudah berada disampingnya. Pakaiannya lusuh, banyak abu yang menempel di rambutnya, wajahnya terlihat begitu lelah dan banyak luka di tangan kanannya. Melihat kondisi Cash seperti itu, Elia merasa tidak tega jika harus terus marah marah kepada Cash perihal tokonya yang rusak itu. Saat dia sedang memperhatikan wajah Cash dia teringat akan kalung yang mereka pakai. Elia terus memperhatikan kalung yang ada di leher Cash, Elia memegangnya dan memperhatikan polanya. Memang agak aneh, karena Elia belum mengerti juga ia kemudian meraih kalungnya dan melihatnya. Ukirannya memang hampir sama, yang membedakan hanya hurufnya saja, pada kalungku ada huruf C dan pada kalungnya ada huruf E, eh? Kok kebalik sih? Bukannya huruf E ada pada kalungku ya? Kenapa inisial namaku ada pada kalungnya? Liontin kalung yang mereka pakai berbentuk segitiga, tapi milik Elia lebih mungil ukurannya dibanding milik Cash. Elia masih bingung bagaimana cara ia membaca kalung itu.
“Elia, kamu menunggu Tuan Cash semalaman disini?”
“Pssstt!” Elia menyuruh Joe untuk diam.
Joe berlalu untuk menyiapkan sarapan dan Elia melanjutkan meneliti kalung itu. Setelah beberapa waktu ia amati, perlahan Elia mulai mengetahuinya dan ia mulai memasang-masangkan kalungnya. Klik! Terdengar suara itu ketika ia sedang mencoba memasangkan kalung. Elia membacanya dan ada pesan tersembunyi di kalung itu, ditulis menggunakan huruf yang sangat kecil.
“Joe, kaca pembesar!”
Elia membaca pesan itu, PESAN UNTUK ANAKKU, CASH. SUATU HARI KAU AKAN MENEMUKAN BELAHAN JIWAMU YANG BERNAMA ELIA DAN BAGAIMANAPUN KEADAAN DIA KAU HARUS MELINDUNGINYA, BERSAMANYA DALAM KEADAAN SUKA MAUPUN DUKA. GARIS TAKDIRMU TAK BISA KAU UBAH DAN AYAH SUDAH MENGETAHUINYA SEJAK KAU MASIH BERADA DIDALAM RAHIM IBUMU. DAN PESAN UNTUK ELIA, KAU HARUS BISA MEMBANTU CASH DI DALAM KESULITAN APA PUN KARENA CASH AKAN SANGAT MEMBUTUHKAN BANTUANMU, AYAH AKAN SELALU ADA DI HATI KALIAN. Begitulah isi pesan yang terkandung dalam kalung itu. Dan kini Elia mengerti kenapa ia harus bertemu dengan Cash saat ini. Ini adalah sebuah tali perjodohan yang sejak lama ada, Ayahnya pernah menceritakan itu tetapi Beliau tidak mengatakan jika yang ada dalam lingkaran perjodohan itu adalah dirinya dengan Cash. Elia sudah tidak bisa menolaknya, dia harus menerima Cash apa adanya. Dan rupanya pesan itu telah membuat satu tujuan di dalam hidup Elia, mematahkan kutukan yang ada pada dalam diri Cash.
Elia memisahkan kedua kalung itu, dan dia meninggalkan Cash seorang diri di ruang tengah. Melihat keadaan seperti ini Joe tahu, jika Elia sudah memecahkan misteri kalung itu. Elia kembali melamun di teras belakang. “Apa benar aku dan Cash terlibat dalam perjodohan konyol ini? Aku harap semua ini hanya mimpi…” terdengar suara keran air yang keras dari dalam kamar mandi. Dan itu tandanya Cash sudah bangun dari tidurnya, Elia sendiri bingung harus bersikap seperti apa pada Cash karena Elia tahu dia akan salah tingkah di depan seorang Cash, si pahlawan perang. Bagaimana tidak? Seorang Elia adalah sangat pemalu jika berada dekat dengan orang yang ia sukai. Iya, dari awak dia bertemu dengan Cash, dia sudah jatuh hati kepadanya. Tetapi tentu saja saat itu Elia tidak tahu bahwa Cash adalah lelaki yang sudah dijodohkan oleh ayahnya semenjak mereka masih di dalam rahim. Elia memandang kosong ke hamparan padang bunga disana, pikirannya melayang entah kemana sampai Cash menghampirinya dan mengajaknya ngobrol.
“Kamu ingin kesana?”
“Aku…tidak tahu. Boleh aku pinjam kalungmu?”
Cash langsung melepas kalungnya, “Buat apa Elia?”
Elia juga melepaskan kalungnya dan menyatukan kedua kalung itu. “Bacalah, ada pesan dari ayah kita di dalamnya.” Elia memberikan kalung itu kepada Cash dan juga sebuah kaca pembesar. Cash membacanya dengan serius dan ekspresinya datar.
“Aku sudah tahu Elia. Aku sudah tahu, ayahmu pernah berkata kepadaku sewaktu aku masih kecil. Maaf aku tidak langsung memberitahumu, aku sadar betapa konyolnya perjodohan ini.” Begitu saja ucap Cash, dia merasa tidak pantas bersanding dengan Elia.
“Ada hal yang jauh lebih penting dibanding perjodohan kita. Aku mau bertemu dengan Lady Jova.”
“Buat apa?!” Cash langsung marah ketika mendengar hal itu.
“Aku harus bertemu dengannya! Aku tidak perduli dengan nyawaku, aku harus menemukan cara agar kamu tidak diambil oleh setan! Aku tahu, ada cara untuk mematahkan kutukan yang ada pada dirimu!”
“Buat apa kau peduli denganku?! Tak ada satu orang pun yang mau memperdulikan aku!” Cash langsung kembali ke kamar, Elia mencegahnya.
“Bagaimana jika ternyata aku peduli denganmu?”
Angin berhembus, seperti menandakan keseriusan Elia kepada Cash.
“Bawa aku kepada Lady Jova, biarkan aku menolongmu. Aku tidak bisa selamanya melihat kamu berperang seorang diri, peperangan yang sesungguhnya bukan di luar sana…tapi di dalam dirimu. Aku tahu, kamu pasti sangat tersiksa dengan keadaan seperti itu kan? Semua orang ingin hidup damai dengan dirinya, dan aku, sebagai orang yang paling dekat denganmu saat ini tidak inginkan dirimu yang seperti itu.”
“Tapi aku tidak bisa Elia. Aku terlalu pengecut untuk bertemu dengan Lady Jova. Buang jauh-jauh fikiran itu!”
“Tidak bisa Cash!! Jika kamu terlalu pengecut menemui Lady Jova, itu sama dengan tidak ada artinya kamu berperang selama ini! Gircaland tidak membutuhkan orang-orang pengecut seperti kamu!” Elia nekad untuk pergi sendiri menemukan Lady Jova.
Cash masih berdiri disana, dia masih bimbang disatu sisi dia harus memenuhi tuntutan ayahnya dimasa lalu untuk melindungi Elia sepenuh jiwa raganya, dan kini malah berbanding terbalik. Elia yang mati-matian ingin melepaskan kutukan itu. Apa yang harus Cash perbuat, dia ragu dan bimbang.
“Mau kemana Elia?”
“Aku tidak bisa berdiam diri disini terus menerus! Aku harus keluar dari sini dan bertemu dengan Lady Jova!”
“Hey!” Joe tidak dapat mencegahnya karena Elia sudah langsung membanting pintu.
Seperti burung bodoh, Cash masih saja diam di teras belakang. Lalu dia ingat sesuatu, Elia meninggalkan kalungnya di teras belakang. Mungkin karena alasan inilah Cash pergi menyusulnya.
“Joe, apa pun yang terjadi jangan tinggalkan rumah!” Cash langsung menyusul Elia yang sudah pergi jauh itu.
Sejauh mata memandang Cash tidak menemukan Elia, Cash sangat takut jika Lady Jova menangkapnya sebelum sempat Elia menemukan Lady Jova. Cash memang menyukai Elia ketika pertama kali bertemu. Cash sudah tahu semuanya, Elia adalah gadis pembuat miniatur lilin yang pemalu ketika bertemu dengan orang yang ia sukai, Elia adalah gadis yang suka kebersihan dan pantang untuk menyerah. Elia adalah gadis pemimpi yang selalu berusaha mewujudkan semua impiannya. Cash sudah mengikutinya lama, hanya ia berusaha agar Elia tidak bisa melihat kehadirannya karena Cash sendiri adalah orang yang susah untuk memulai seuatu percakapan. Tetapi karena rasa sayangnya sangat besar kepada Elia, dia rela melakukan apa saja demi kebahagiaan Elia sekalipun itu meninggalkannya seandainya Elia memilih orang lain.
“Elia!!”
“Buat apa kamu mengikuti aku lagi? Jika kamu lebih nyaman diam dirumah, jangan susul aku!!” Elia marah, tetapi ia ingin sekali menangis.
“Bukan seperti itu Elia! Elia berhentilah, aku ingin berbicara denganmu..”
“Aku tidak akan berhenti, jika aku berhenti aku tidak akan bisa bertemu dengan Lady Jova!” Elia mempercepat langkahnya. Elia tidak ingin wajahnya terlihat oleh Cash, karena air matanya sudah tumpah.
“Tidakkah kau meninggalkan sesuatu?”
Pertanyaan Cash membuat Elia berhenti melangkah. Dia meraba lehernya, ternyata kalungnya memang benar tertinggal.
“Itu menandakan kita tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.” Ucap Cash membuat Elia benar-benar ingin cepat menyelesaikan semua ini.
“Kembalikan kalungku.”
“Aku berjanji akan mengantarkanmu kepada Lady Jova. Tapi please, jangan saat ini. Aku benar-benar belum siap. Akan aku bawa kamu menemuinya malam nanti.”
Cash memakaikan kalung itu ke leher Elia, dan merasakan tubuh Elia gemetar.
“Elia, kamu sakit?”
Ketika Cash melihatnya Elia sedang tersedu, hal itu membuat Cash gugup.
“Kamu kenapa sih?”
Elia masih terus saja menangis.
“Aduh, kamu jangan membuat aku bingung dong…lebih baik kita pulang ya? Di luar sepertinya tidak seaman dirumah..”
Cash membawa Elia pulang, dari kejauhan Joe melihat mereka sangat serasi, tapi Joe juga takut jika kutukan itu tak dapat dipecahkan oleh Elia. Sementara itu Lady Jova sedang mempersiapkan anak buahnya untuk berperang melawan Cash dan juga menyerang Gircaland. Selama ini anak buah Lady Jova hanya menerima perintah dari negeri musuh, yaitu Yergu. Tetapi kali ini Lady Jova sepertinya ingin bergerak sendiri, ingin menguasai kedua negara, Gircaland dan Yergu. Lady Jova memang seorang yang tamak, penuh dengan iri hati, pendendam, dan juga sombong. Semua sifat jelek ada pada dirinya, dan semua itu adalah pengaruh dari setan. Hampir sama dengan Cash yang diliputi oleh setan, Lady Jova mengadakan perjanjian dengan setan neraka. Ia menyerahkan semua jiwa dan raganya untuk si setan. Perjanjian itu akan memberikan Lady Jova raga yang muda, dan Lady Jova memang seperti itu. Dia tidak mau keliahatan tua, wajahnya yang sekarang pun seperti belia usia 17-18 tahun tidak jauh dengan wajah Cash dan Elia yang juga masih belia. Karena itulah, Lady Jova sebenarnya ingin mendapatkan aura muda milik Cash dan juga Elia. Banyak motif yang belum terungkap ketika Lady Jova menginginkan Cash datang untuknya.
Lady Jova diam-diam membelot kepada Yergu, dia inginkan tahta raja di Yergu dan inginkan tahta ratu di Gircaland. Karena Yergu yang memimpin adalah seorang raja bernama Yeremia dan Gircaland dipimpin oleh seorang ratu bernama Galia. Dahulu kedua negara ini sangat tentram dan damai, bahkan orang-orang dari Yergu singgah di Gircaland untuk mencari sesuap nasi. Tapi entah mengapa tiba-tiba perang begitu saja dimulai tanpa ada sebab yang jelas. Perang ini mulai 20 tahun yang lalu disaat ayah-ayah dari Cash dan Elia sedang berladang. Mereka melihat sebuah bola api yang menyerang pedesaan di Gircaland dan bukan hanya satu, tetapi banyak. Dan itulah awal mula terjadinya perang. Cash sudah 9 tahun memeranginya dan sampai saat ini tidak banyak hasil yang di dapat. Mungkin dengan hadirnya Elia, semua ini akan bisa segera berakhir. Tetapi jelas Lady Jova tidak semudah itu untuk dikalahkan.
Bahkan Cash belum juga pulih benar dari pertarungannya semalam, dan malam ini dia harus pergi lagi dan kali ini membawa Elia bersamanya untuk bertemu dengan Lady Jova. Sungguh tidak terbayangkan dibenak mereka bagaimana dan apa yang akan terjadi nanti. Karena terlalu sulit dibayangkan untuk berhadapan dengan Lady Jova yang kekuatannya melebihi Cash. Mereka tetap yakin akan bisa mengalahkan Lady Jova walaupun tidak mudah.
“Joe, jangan keluar rumah. Karena mungkin malam ini akan sangat bahaya.”
“Tapi Tuan,…”
“Kami akan baik-baik saja Joe. Berjanjilah padaku, apa pun yang terjadi jangan tinggalkan rumah ini. Kamu akan aman didalam sini. Jangan buka jendela atau apapun terutama pintu yang bisa mengundang mereka masuk ke sini. Aku akan membuat rumah ini menghilang untuk sementara waktu.”
“Kamu benar sudah siap mental Cash? Karena firasat ini bilang sangat buruk.”
“Berpikir positiflah mulai sekarang, aku tidak mau kita celaka dan aku pastikan kita berdua akan kembali lagi ke rumah ini bersama Joe tentunya. Pegang pundakku dengan kedua tanganmu! Dan jangan lepaskan!”
Elia memegang pundak Cash dengan keras dan mereka membuka pintu. Di depan sana sepertinya dunia lain gelap dan panasnya seperti puncak gunung berapi yang akan meletus. Cash langsung merubah wujudnya menjadi ular bersisik hitam. Sayapnya yang lebar membawa Elia terbang diantara panasnya tempat itu. Ini adalah langit dimana terjadi perang dibawah sana. Banyak bola-bola api yang berterbangan bebas yang bisa saja suatu saat menghantam mereka berdua. Elia tidak melepaskan pegangannya di leher Cash tapi Cash mulai terpancing suasana, Elia mulai melihat sisik-sisk itu berubah menjadi warna keemasan.
“Tahan Cash! Kali ini kamu terbang bukan untuk berperang!”
Sisik Cash berubah lagi menjadi hitam dia masih dalam kesadaran yang bisa dicapai. Tapi suasana ini membuat Cash ingin menghajar mereka semua. Elia berusaha agar Cash tidak mengubah wujudnya lagi atau semua ini akan sia-sia saja. Setelah mereka melewati langit yang panas itu, kini berganti dengan langit yang amat dingin. Mereka sedang berada di suatu daerah tak berpenghuni. Disini menurut orang yang pernah mengunjunginya, ada sebuah permata di dasar sungai yang amat dalam yang konon permata itu amatlah indah dan hanya orang suci yang bisa mengambilnya. Saat Elia melihat kebawah, dia melihat seberkas cahaya terang yang datang dari dasar sungai.
“Seberapa dalamkah sungai ini Cash?”
“Jika kamu loncat, kamu tidak kan bisa muncul kembali ke permukaan.”
“Kenapa? Apa karena batu permata itu?”
“Ada makhluk menyeramkan bernama Egard yang menjaga permata itu. Jika permata itu diambil sungai itu akan menjadi sungai keabadian.”
“Kamu tidak tertarik untuk mengambilnya?”
“Buat apa? Aku bukan kolektor batu permata. Jangan berpikir untuk mengambilnya karena aku tidak akan mau membantumu!”
“Kenapa? Masa’ seorang Cash takut dengan Egard?”
“Bukan itu, tapi aku tidak bisa masuk ke air. Wujudku akan berubah kembali menjadi manusia jika aku terkena banyak air.”
“Oya? Ternyata itu kelemahanmu…terima kasih telah memberitahu!”
“Eh?”
“Ngerti ga sih kamu Cash? Jika kamu berubah menjadi ular yang ganas, aku hanya tinggal menyirammu dengan air.”
“Ya ya, semoga berhasil. Aku sudah pernah mencobanya, tapi nihil.”
“Jika aku yang menyiramkan air pasti berhasil!”
“Elia, kamu cerewet!”
“Berapa lama lagi kita akan sampai Cash?”
“Aku juga tidak tahu, bisa saja ia tiba-tiba muncul di hadapan kita sekarang.”
“Kenapa dari tadi sepi sekali? Aku jadi curiga…jangan-jangan ada yang sedang mengikuti kita?”
Cash berhenti dan mereka mulai menyadari keadaan yang aneh setelah melewati sungai tadi. Langit menjadi sepi, dentuman-dentuman meriam tak lagi bersuara. Semuanya diam membisu, mereka was-was jangan-jangan serangan yang lebih besar dari itu semua akan mengincar mereka.
“Kita lanjutkan perjalanan saja ya? Aku rasa ini masih sangat jauh.”
“Apapun yang terjadi, jangan lepaskan aku.” Ucap Cash memberi peringatan.
“Lanjutkan Cash, aku rasa mereka tak akan menyerang di tempat seperti ini…”
Mereka kembali melanjutkan perjalanan tapi masih diselimuti oleh rasa was-was, setelah tidak berapa lama ada suara bising di langit yang lebih tinggi.
“Cash, cepat ke tempat lain! Ada bom yang sangat besar dari atas!!!” Elia melihat sebuah kelereng raksasa yang amat besar ingin menimpa mereka.
“Astaga, pasti dia!” Cash langsung terbang melesat dengan cepat menghindari kejaran bola raksasa itu. Bola itu ternyata mengejar Elia dan Cash, tidak hanya satu tapi banyak!
“Cash, ada puluhan jumlahnya dibelakang! Harus bagaimana ini?”
Cash mencoba terbang lebih tinggi lagi tapi bola-bola itu tetap tidak terkecoh. Dengan terpaksa Cash merubah sisiknya menjadi warna emas yang dimana dia bisa terbang lebih cepat dari pada saat ia bersisik hitam. Cash mengecoh bola-bola raksasa itu dengan mengibaskan sayapnya secara acak. Ternyata bola-bola raksasa itu membawa mereka menuju kastil Lady Jova dan mereka disambut oleh bom-bom yang sudah dipasang di depan kastil. Padahal semuanya itu tidak ada, karena semuanya memakai sihir tingkat tinggi. Cash dan Elia hanya dikelabui oleh anak buah Lady Jova yang membantu Lady Jova untuk menggiring mereka dengan menggunakan bola raksasa.
“Cash, aku rasa mereka membawa kita ke Lady Jova..”
Cash langsung mengubah wujudnya kembali normal, mereka sekarang berada di antara bom yang siap meledak kapan saja. Tetapi rupanya Lady Jova mengurungkan niatnya untuk meledakkan bom tersebut. Dia langsung membukakan pintu gerbang untuk mereka berdua, Cash sempat tidak sanggup melangkah tetapi Elia tetap meyakinkannya.
“Cash, ayo? Inikan yang selama ini kamu tunggu-tunggu, kamu ingin semua ini cepat selesai kan?”
Kastil yang gelap, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Banyak tanaman merambat yang menambah seramnya tempat ini, Elia tak getir. Ia terus ingin tetap melangkah ke depan apa pun yang terjadi demi mendapatkan buku yang ia cari.
“Elia, aku ragu.”
“Jika kamu ragu, lebih baik kamu mundur. Aku tidak suka bersama orang yang pengecut. Apa pun yang terjadi aku harus mengambil bukumu yang pernah dicuri olehnya.”
“Aku tidak akan mundur setengah langkah pun. Sangat bodoh jika aku meninggalkanmu seorang diri disini.”
Dari kejauhan Lady Jova menghampiri mereka, Elia dan Cash sudah bersiap-siap dengan serangan Lady Jova berikutnya. Mungkin kali ini Lady Jova akan lebih sadis dari sebelumnya.
“Sudah lama tak berjumpa, Cash.” Sapanya dengan dingin. “Ada keperluan apa kamu datang ke kastil indahku ini?”
“Aku hanya minta supaya kamu menghentikan perang ini. Aku tahu tujuan yang sebenarnya. Jangan bermimpi, kamu tidak akan bisa menguasai kedua negara itu selama aku masih hidup.”
“Oh, apakah itu sebuah ancaman?” Lady Jova langsung melirik Elia yang tidak bergeming saat menatapnya.
Elia meraih tangan Cash diam-diam, menandakan jika Elia merasakan Lady Jova akan berbuat sesuatu padanya. Benar, Lady Jova ingin memisahkan mereka berdua secara paksa. Tapi karena sihir dari Cash, Lady Jova tak bisa melakukannya.
“Coba saja kalau bisa.” Cash langsung berubah menjadi ular bersisik emas. Sedangkan Elia berusaha mengambil buku yang ada di dalam jubah Lady Jova. Cash berusaha mengalihkan perhatian Lady Jova untuk Elia. Lady Jova tidak sebodoh itu, yang mereka hadapi sekarang hanyalah boneka buatan Lady Jova. Sedangkan yang asli sedang mengincar target utamanya ; ELIA. Menyadari hal itu, Cash langsung menyerang boneka itu dengan ganas! Dan berusaha mengambil Elia yang ada di bawah sana. Tapi semua terlambat, sebelum Cash sampai dibawah Elia sudah menghilang.
“Ternyata kau tidak lebih dari gadis yang bodoh!” kata-kata itu membuat Elia tersinggung dan dia sangat ingin memotong rambut Lady Jova yang sangat panjang itu untuk membalas dendam karena salah satu anak buah Lady Jova sudah memotong rambutnya sampai rambutnya berwarna seperti gulali. Sayangnya tangan dan kaki Elia tak bisa bergerak walaupun tak diikat. Ia juga tak bisa bersuara padahal mulutnya tidak sedang dibekap. Semua ini adalah sihir agar Cash tak dapat memukannya.
Elia melihat buku yang ia cari terletak di atas meja. Elia sangat yakin pasti itu adalah buku yang ia maksud, karena ada nama Cash dibuku itu.
“Ikutlah bersamaku, hidupmu akan jauh lebih indah dibanding kamu harus hidup bersama Cash si pengecut itu. Aku akan memberika semua yang kamu minta, asal kau bisa membunuh Cash dan membawakan sisik pelanginya untukku.”
Sial! Pasti aku akan ada dibawah pengaruh sihirnya dan akan melakukan apa yang ia suruh!
“Aku tahu kamu pasti menolak kan? Hahaha! Baiklah sepertinya harus memakai sedikit sihir..”
Lady Jova mengambil wewangian dan meletakkannya didepan wajah Elia. Elia langsung tidak sadarkan diri, dan begitu terbangun kembali pandangannya kosong. Lady Jova meninggalkannya di ruangan itu tanpa meninggalkan anak buahnya. Elia hanya akting semata, dia tidak menghirup aroma wewangian itu. Karena ikatannya telah dilepas, dia segera membuka buku itu, mencari mantera untuk memusnahkan kutukan Cash. Ketemu! Elia langsung merobek dengan rapi halaman buku itu sebelum Lady Jova kembali melihatnya. Elia menyimpannya di dalam sepatunya.
“Baiklah Elia, kamu harus mengerjakan semua apa yang inginkan..sekarang ikutlah denganku menemui Cash yang sedang kebingungan diluar sana. Begitu kamu melihatnya, hunuskanlah pedang ini tepat di jantungnya.”
Lady Jova membawa Elia keluar untuk menemui Cash yang sedang marah menghadapi anak buah Lady Jova. Begitu Elia dan Lady Jova keluar, Cash langsung melemah. Dia yang bersisik emas itu kembali menjadi sisik hitam karena dia melihat Elia berada di bawah pengaruh sihir Lady Jova.
“Elia….?”
“Elia, lakukan. Tusuk jantungnya dengan pedang yang ada ditanganmu..”
Elia maju beberapa meter mendekati Cash. Tangannya sudah siap dengan pedang dan siap menusuk Cash. Cash masih diam dalam sosok ularnya, tidak bisa melawan orang yang ia cintai. Elia masih dalam posisi itu sampai akhirnya Lady Jova mendekatinya.
“Tunggu apa lagi? Cepat tusuk dia!” Lady Jova berada tepat di belakang Elia, sangat dekat. Lady Jova tidak menyadarinya, Elia bergitu cepat berbalik dan menusuk tepat di jantung Lady Jova. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali sampai tubuh Elia penuh dengan cipratan darah.
“Apa yang kamu lakukan……??” Lady Jova langsung tumbang dan dia berubah menjadi sangat tua bahkan semua kulitnya menjadi sangat keriput.
“Elia?” Cash mendekati Elia dengan wujud manusianya.
“Pergilah kau ke neraka ~ !!!!!!!!!!!!!!!!” Elia menusuknya sekali lagi dengan sangat keras dan sangat kejam. “Ini pembalasan dendamku atas terpotongnya rambutku dan untuk kejahatanmu kepada Cash!!”
“Elia?” Cash takut melihat Elia yang beringas itu, tidak pernah terpikirkan jika Elia bisa menjadi dirinya saat ia sedang berada dalam sosok ular bersisik pelangi. Begitulah kejamnya Cash ketika ia diluar batas kontrol.
“Permainan ini sudah selesai. Kamu harus menemui raja dan ratu, katakan jika semua ini ulah Jova.”
“Elia, kamu tidak dalam pengaruh sihir kan?”
“Tidak, aku hanya berpura-pura. Semuanya sudah berakhir sekarang.”
Anak buah Lady Jova mulai mengepung mereka, rupanya ingin melihat sang majikan. Cash tidak membiarkannya, langsung saja dia menghabisi semuanya tanpa tersisa.
“Maaf, hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu Cash.”
“Mengapa kamu minta maaf padaku? Elia, kamu lebih berani dibanding aku.”
“Kita bahas ini nanti saja. Tunggu aku, ada yang belum aku selesaikan didalam.” Elia kembali masuk ke dalam kastil untuk mengambil buku milik Cash.
Elia kembali ke ruangan yang tadi dan mengambil buku itu.
“Tidakkah kau ingin membebaskan Cash dari kutukan itu?” tanya suara yang menyapa Elia diruangan itu.
“Siapa disana?!”
“Aku, buku yang kamu pegang.”
Elia melihat buku itu bersuara dan buku itu memiliki wajahnya.
“Buku ini bisa berbicara?”
“Aku dulu teman setia Cash tetapi Lady Jova mengambilku secara paksa. Kamu kah yang telah membunuhnya?”
“Iya…”
“Sudah ditakdirkan dia akan mati di tangan seorang gadis. Dan itu rupanya kamu ya? Masih sangat kecil dan muda..”
“Bagaimana kamu tahu?”
“Ayah Cash dulu yang memiliki aku, dan dia tahu masa depan. Dia membongkarnya semua padaku. Dan siapa nama ayahmu?”
“Joseph Dubin. Apakah kau mengenal ayahku?”
“Aku mengenalnya, dia adalah sahabat ayah Cash. Bukankah kalian terikat dalam perjodohan konyol itu?”
“Iya, aku rasa tanpa aku memberitahumu, kau sudah tahu semuanya. Iya kan?”
“Tidak semuanya, karena yang menentukan perjodohan itu bukanlah mereka. Tapi kalian.”
“Kami? Bukankah ini perjodohan konyol yang mereka buat untuk kami?”
“Tidak. Cash sendirilah yang memilih kamu sebagai jodohnya. Aku melihat semuanya.”
“Ceritakanlah..”
“Elia, sedang apa? Kenapa lama sekali?”
“Kenapa menyusul?”
“Aku khawatir denganmu..”
Elia kembali ke buku itu, tetapi wajah itu menghilang. “Ayo kita temui raja dan ratu untuk menjelaskan ini semua.”
“Aku rasa tidak perlu, perang sudah berhenti dengan sendirinya.”
Elia tampak senang dan tersenyum, “Kalau begitu ayo pulang! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu!” Elia sangat bersemangat ingin menunjukkan buku itu kepada Cash.
Joe yang menjaga rumah Cash sendirian ternyata sedang berjuang melawan anak buah Lady Jova seorang diri. Ternyata anak buah Lady Jova sempat untuk mengepung rumah Cash. Cash pikir rumah itu sudah yang paling aman, dan dugaan dia salah besar. Beberapa penyihir jahat lainnya juga sudah mengetahui rumah Cash tersebut.
“Ayolah Tuan Cash, cepatlah pulang! Aku sudah bisa menahan rumah ini lebih lama lagi!”
Tidak lama kemudian, sekitar 10 menit tiba-tiba terdengar suara ledakan yang amat keras dari udara. Itu menandakan perang sudah berakhir dan tidak akan ada lagi perang setelah ini. Tetapi para benda-benda menjijikkan ini masih mendesak untuk masuk ke dalam rumah.
“Joe!” terdengar sayup-sayup suara Elia dari kejauhan. “Bertahanlah, kami sudah kembali!”
Cash menyerang itu semua dengan satu bola api dna mereka terbakar habis semuanya tak tersisa. Joe langsung terduduk lemas karena dari tadi menjaga pintu yang rapuh itu.
“Joe!” Elia langsung membuka pintu dan memeluk Joe. Elia langsung mengambilkan air putih untuknya. Sedangkah Cash langsung masuk ke dalam kamarnya. Rupanya tubuhnya terluka akibat serangan bola-bola raksasa itu.
“Elia, bagaimana? Kamu sudah menyelesaikan semuanya?”
“Aku sudah dapatkan bukunya! Tapi aku belum mengucapkan manteranya.”
“Susul dia, sepertinya dia terluka? Aku bisa tangani aku sendiri disini.”
“Baiklah, taruh buku ini dikamarku.” Elia langsung menyusul Cash ke kamarnya.
Sebelum dia memegang gagang pintu Cash, ada keraguan di dalam dirinya akan hubungan yang di buat oleh orang tua mereka, karena menurut pengakuan buku itu bukanlah mereka yang membuat. Elia belum tahu yang mana yang benar. “Tok tok tok”, Elia mengetuk pintu kamar Cash.
“Masuk!”
Elia melihat Cash sedang mengobati luka pada dadanya yang terkena percikan api pada bola-bola raksasa tadi.
“Dada kamu, sepertinya parah Cash?”
“Ah, tak apa Elia. Sudah biasa.” Tapi Elia tahu jika itu akan sakit sekali jika terkena alkohol.
“Cash, jangan pakai itu! Pakai air hangat saja. Sebentar aku ambilkan.” Elia turun untuk menghangatkan air.
Cash menunggu di atas dengan wajah yang cemas. Dia sedang mencemaskan Elia yang bersikap seperti itu saat membunuh Lady Jova. Tatapan matanya benar-benar seperti iblis, bahkan lebih mengerikan dari tatapan matanya saat ia menjadi ular bersisik pelangi. Cash tidak mengerti mengapa Elia sangat membenci Lady Jova padahal seharusnya yang mempunyai rasa benci lebih banyak adalah dirinya. Haruskah aku bertanya padanya? Aku sangat penasaran kepadanya, amarahnya begitu membara, bahkan lebih dari membara…
“Cash? Basuhlah dengan air hangat ini. Jangan gunakan alkohol.”
“Elia, sebaiknya kamu ganti baju dan buang baju itu. Kamu tentu tidak akan memakai baju yang terkena percikan darah Lady Jova kan?”
“Oh iya! Aku sampai lupa, sementara kamu obati lukamu, aku akan membersihkan diriku.” Elia meminta waktu untuk membasuh dirinya. Cash masih membersihkan luka itu dengan air hangat. Karena melihat Cash sendirian, Joe masuk menemaninya.
“Tuan,…”
“Hay Joe, maaf tadi kami terlalu lama. Tapi pertahananmu hebat tadi.”
“Sepertinya kita harus memindah lokasi rumah ini, Tuanku..”
“Kenapa? Apakah sudah banyak yang tahu?”
“Sepertinya begitu. Jika anak buahnya sudah tahu, apalagi orang lain? Kita harus lebih aman dari tempat yang sekarang.”
“Baiklah, nanti siang kita akan cari tempat. Bagaimana?”
“Okelah. Tuan Cash, sepertinya aku melihat ada yang berbeda dari Elia semenjak pulang tadi?”
“Oya? Apanya yang berbeda Joe?”
“Sorot matanya. Lebih tajam dan agak sedikit menakutkan. Apa yang terjadi disana Tuan?”
“Sebenarnya,…yang membunuh Lady Jova bukan aku.”
“Apa? Bukankah Tuan dendam padanya karena kejadian waktu itu?”
“Iya, aku memang dendam padanya. Tapi rasa dendam Elia jauh lebih kuat daripada rasa milikku. Bahkan Elia tak mampu disihir olehnya. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia lolos dari seorang Lady Jova yang menurutku sangat menakutkan itu, tapi dia membantai Lady Jova dengan sangat sadis dan sepertinya dia senang melakukan itu. Elia lakukan sampai berkali-kali. Aku saja yang melihatnya menjadi ngeri.”
“Seperti itukah perubahan Elia? Drastis sekali? Apa mungkin ada hal yang mempengaruhinya?”
“Aku belum tahu Joe. Ada kesenangan saat ia menusuk berkali-kali jantung Lady Jova sampai semua bajunya penuh dengan darah seperti itu. Lady Jova dikelabui olehnya, bahkan aku tidak akan berani melakukan hal gila semacam itu.”
“Pasti ada sesuatu yang membuatnya menjadi nekad seperti itu. Aku yakin Elia baik-baik saja dibalik itu. Mungkin dia harus melakukan sesuatu setelah ini?”
“Hai, maaf aku lama!” Elia kembali dengan wajah dan bau yang segar.
“Hmmm….baunya segar….”
“Terima kasih Joe!” Elia mengusap rambut Joe.
“Jika sudah seperti itu aku rasa saatnya sarapan pagi, ini sudah hampir pukul 7 pagi. Aku akan siapkan hidangan spesial untuk menyambut hari baru kita!” Joe langsung ke dapur untuk membuat kue.
“Aku rasa Joe berbakat menjadi koki? Iya kan Cash?”
Cash membuang pandangan. Dia terlalu takut untuk menatap mata Elia.
“Hei, kamu kenapa Cash? Tidak enak badan?”
“Bercerminlah.” Cash memberikan sebuah cermin kepada Elia.
“Untuk apa? Aku berantakan ya?”
Elia langsung menatap cermin itu. Yang ia dapatkan bukanlah wajahnya yang seperti biasanya. Ada yang berubah tetapi Elia tidak dapat menemukannya.
“Ups! Sepertinya ada yang berubah, tapi apa yang? Apa gara-gara rambutku yang merah muda ini?”
“Coba lihat sinar matamu.”
Elia melihat benar-benar bola matanya yang coklat itu. Tapi ia tak merasakan apa-apa.
“Yang kutemukan hanya bola mata yang bulat dan berwarna coklat, dan itu memang warna mataku.”
Cash menatapnya dan dia tidak menemukan binar mata seperti beberapa jam yang lalu. Binar mata yang menakutkan seperti iblis itu sudah sirna.
“Kamu kenapa Cash? Pusing?”
“Tidak. Aku tidak apa-apa Elia.”
“Aku rasa ada pembicaraan kita yang tertunda. Iya kan?”
“Iya,…”
“Hm? Sepertinya ada yang mau kamu tanyakan padaku?”
“Kenapa Elia? Kenapa kamu berani sekali membunuh Lady Jova tanpa segala perhitungan? Kamu tau, itu bisa membahayakan nyawamu!”
“Eh? Kamu marah padaku, Cash?”
“Kamu tau kan betapa khawatirnya aku padamu? Lain kali jangan lakukan hal yang seperti itu! Aku tidak mengijinkannya!”
Elia diam memandang Cash dengan tatapan yang heran dengan sikap Cash yang seperti itu.
“Kenapa diam!? Kamu dengar tidak?”
“Hahahah!!!” Elia tertawa dengan keras, “Baru kali ini ada seseorang yang memarahi aku. Terakhir kali ayah yang memarahiku saat aku sedang bermain dengan para domba tanpa pengawasannya.” Elia teringat dengan ayahnya.
“Maaf, aku mengingatkanmu pada ayahmu.”
“Tak apa. Kalau begitu kapan terakhir kali kamu diperhatikan oleh ibumu?”
“Diperhatikan?”
“Iya, suatu sikap ingin melindungi tetapi seseorang itu tak kan pernah mengatakan sebelumnya kepadamu. Pasti pernah kan?”
“Tidak pernah mengatakan sebelumnya?”
“Iya, kamu ingat tidak?”
“Aku tidak pernah mengingat hal seperti itu.”
“Kenapa?”
“Tidak ada yang memperhatikan aku, disaat aku membutuhkan mereka, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.”
“Jika seperti itu, boleh kan sekarang aku peduli denganmu?”
“Elia?”
“Dan aku mau menerima perjodohan konyol ini.” Ungkapnya sambil tersenyum.
“Tapi…”
“Kamu tidak setuju ya? Atau kamu sudah memiliki calon yang lain?”
“Bu..bukan begitu…Cuma ada satu pertanyaan besar dikepalaku.”
“Apa?”
“Kenapa kamu membunuh Lady Jova dengan sesadis itu? Sebesar apa dendammu kepadanya?”
“Oh? Aku bingung harus jawab apa…tapi yang jelas aku sangat marah jika aku mengingat salah satu anak buahnya memotong rambut panjangku saat itu dan aku tidak terima karena dia telah mengambil buku kesayanganmu sewaktu di akademi. Dan aku juga sangat tidak suka ketika dia memasukkan ramuan itu ke dalam gelasmu. Dan semua itu aku sangat membencinya, apalagi perang yang terjadi karena dia tamak, dia tamak, dia ingin menguasai kedua negara ini…”
Aura disekitar Elia panas dan berangin, matanya ternyata mulai berubah. Segera saja Cash memberikan cermin kepadanya.
“Lihat matamu.”
Elia melihat matanya melalui cermin itu. Mata coklat indahnya berubah menjadi merah semerah darah segar dan sangat menakutkan. Elia spontan melempar cermin itu le lantai.
“Kyaaaa!!!!”
“Kamu tau kan apa yang aku maksud dari tadi?”
“Kenapa bisa? Aku tidak pernah tahu jika mataku bisa menjadi seperti itu!”
“Ingat-ingatlah, apa yang kamu lakukan ketika di kastul Lady Jova.”
Elia mencoba mengurutkan kejadian semalam, mulai dari melewati langit perang, danau keabadian, sampai akhirnya dikejar oleh kelereng raksasa.
“Ah, jangan-jangan itu…?”
“Apa? Kenapa?”
“Saat Lady Jova menginginkan aku berada dibawah pengaruh sihirnya, dia menggunakan wewangian untuk membuat aku tidak sadar. Tapi aku tidak menghirupnya, tetapi mataku pedih terkena asapnya. Dari situ penglihatanku agak tidak jelas.”
“Wewangian yang seperti apa?” Cash menarik Elia menuju suatu lemari yang berisi banyak dupa.
Elia mencium aroma dupa itu satu persatu sampai akhirnya dia berhenti di 2 dupa. Rupanya Elia bingung, aroma yang dimunculkan hampir sama.
“Aduh yang mana ya? Aku bingung Cash, pokoknya ada di antara 2 ini.”
“Baiklah, sebentar.” Cash menggeser kursinya, “Duduklah dengan rileks disini, jangan pejamkan mata. Aku akan membuat kamu buta sementara.”
“Hah? Konyol! Aku tidak mau!”
“Kamu diam saja, percaya padaku.”
“Aku tidak mau! Jika aku buta untuk selamanya bagaimana?”
“Pegang tanganku, jangan takut. Tenangkan pikiranmu, anggap saja kamu sedang tertidur.”
Cash membuat sihir agar mata Elia menjadi buta sementara. Cash lalu menghidupkan satu dari dupa tersebut. Kemudian pada dupa yang pertama, asapnya ditiupkan pada mata Elia. Yang terjadi bukannya menjadi merah, tetapi bola mata Elia menjadi biru. “Berarti, pasti yang satunya!” Cash mencoba dupa yang satunya lagi, ketika ditiupkan ke mata Elia, menjadi merah seperti yang Cash lihat pada mata Elia tadi. Setelah itu mata Elia dibuat normal kembali.
“Ada apa Cash? Wajahmu kenapa jadi seperti itu?”
“Benar, kamu terkena asap dupa itu. Tidak ada obat untuk mengembalikan seperti semula.”
“Artinya, mataku akan tetap seperti ini?”
“Jika kamu marah, maka mata itu juga akan marah. Jadi, usahakan jangan sering marah. Karena….”
“Karena apa Cash?”
“Karena jika kamu membenci seseorang apa lagi dendam, kamu bisa membunuh orang itu hanya dengan pandangan matamu yang tajam. Dan aku tahu, Lady Jova mati bukan karena pedang yang kamu bawa, tetapi karena kalian terlibat pada pandangan yang dalam.”
“Mengerikan..!” Elia mengambil pecahan cermin yang berserakan di lantai dan memandangi bola matanya yang indah itu bisa berubah mengerikan seperti iblis.
“Cash, sekarang giliranku…..bagaimana jika suatu hari kamu menemukan gadis selain aku yang bisa membuatmu nyaman? Aku takut kamu pergi dariku..”
Cash tidak langsung menjawabnya tapi malah memberikan cincin kepada Elia.
“Jangan sampai hilang, ini dulu milik ibuku. Aku disuruhnya untuk memberikan cincin ini kepada orang yang aku ingin lindungi.”
“Itu berarti, kamu ingin melindungi aku? Bukankah kamu juga melindungi Joe?”
“Maksudku, aku harus memberikan cincin ini kepada orang yang aku cintai. Dan aku menyayangi Joe.”
“Oh, artinya kamu mencintai aku. Bukan begitu?”
Langsung saja Cash menciumnya, “Elia, kamu cerewet!”
“Hey kalian berdua, apa kalian siap makan kue buatanku?”
###
Cash akhirnya menebus hutangnya kepada Elia tentang toko lilinnya. Dengan kemampuan sihir Cash, dia membuatkan toko lilin yang baru untuk Elia. Dan Joe, dia mendapatkan orang tua baru yang mengadopsinya tetapi sayangnya Joe menolaknya karena dia sudah menganggap Elia sebagai kakaknya. Mereka kini menjadi sebuah keutuhan yang disebut keluarga. Di saat damai seperti ini Cash mencoba berjalan-jalan keluar rumah, Cash sudah memindah rumah mereka di tanah kosong di Gircaland. Saat Cash sedang membeli gulali untuk Joe dan juga Elia, dia bertemu dengan seorang gadis yang terjatuh karena ditabrak oleh gerobak bunga.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Cash saat menolongnya.
“Eh?” gadis itu takjub melihat Cash yang lebih tampan sekarang, “Aku tidak apa-apa, hanya saja sepertinya kakiku terkilir?”
“Kamu bisa berjalan? Kerumahku saja dulu, biar adikku yang obati kakimu.”
Cash membawa pulang gadis muda itu, umurnya sekitar 16 tahun dan sangat manis—imut.
“Joe, tolong kamu obati kakinya. Sepertinya terkilir?”
“Ah, iya!”
Cash kemudian melempar senyum kepada gadis muda itu yang jelas saja membuat perasaan gadis itu tak karuan.
“Elia? Tau tidak aku membawa apa?”
“Apa?” Elia langsung meninggalkan semua lilinnya. “Aku harap aku suka itu.”
“Aku tidak tahu, kamu suka atau tidak. Tapi, setidaknya ini manis seperti kamu.” Cash memberikan gulali yang warnanya sama dengan rambut Elia.
“Hhahahaha! Kamu sengaja ya mau ngeledek aku? Nyamain aku sama gulali?”
“Eh, jadi engga mau nih?”
“Siapa yang bilang engga mau? Aku sangat suka gulali. Tadi aku dengar,…ada tamu ya?”
“Aku hanya menolong seseorang yang kecelakaan diluar sana…”
“Ayo kita temani dia?”
Cash dan Elia menemui gadis muda tersebut, saat gadis itu melihat Cash keluar dari kamar dengan seorang gadis, wajah kusamnya mulai terlihat.
“Oh hai, siapa namamu?” tanya Elia.
“Jasmine. Aku berterima kasih pada…” dia tidak tahu nama Cash.
“Nama kekasihku James. Iya, dia memang baik hati.”
“Aku berterima kasih pada James. Lain kali aku akan membalas budi baikmu. Kalo begitu aku pulang dulu.” Setelah gadis itu pamit, kini giliran Elia yang mulai sedikit cemburu.
“Oh, baik juga Cash? Menolong orang yang tidak dikenal di tengah jalan?”
“Eh? Kenapa? Aku kan melakukan perbuatan baik..”
“Baik sih, Cuma kan tidak perlu sampai membawa ke dalam rumah? Apa lagi sampai Joe disuruh mengobati kakinya…”
“Hey Tuan, dia itu sedang cemburu..” bisik Joe membelakangi Elia.
“Oh! Ah…lain kali akan ku bawa dia pulang lagi jika aku bertemu di jalan.”
Elia langsung jengkel dalam hati tapi dia berusaha tidak memperlihatkannya.
“Oh, iya bawa saja dia pulang kerumah. Siapa tahu bisa di ajak makan malam bersama?”
“Tuan, dia itu sangat jengkel. Ingat jika dia sudah marah bahaya. Apa lagi dia suka memendam masalah seorang diri..”
Cash menghampiri Elia dan meminta maaf, “Aduh, sebal ya? Jangan dong, aku kan hanya bercanda Elia sayang…”
“Hhaha! Bercandamu itu tidak lucu, jika suatu kamu benar-benar tertarik dengan gadis itu, bisa bahaya lho!” itu merupakan suatu ancaman di awal.
“Dari pada suasana hatimu mendung, bagaimana jika kita jalan-jalan keluar? Aku rasa udara di luar lebih bagus dari pada atmosfer disini. Iya kan Joe?”
“Iya Tuanku!!”
“Boleh juga, semoga tidak bertemu dengan gadis itu lagi..”
Cash dan Elia berjalan-jalan sebentar dia luar, mereka sedang menikmati udara bersih tanpa harus ada bubuk mesiu yang bertebaran di langit. Seperti pada umumnya, mereka saling bertukar cerita dan tertawa bahagia.
“Hei Elia, lihat tidak disana ada toko bunga?”
Mereka berhenti disamping bangunan tua dan memperhatikan toko bunga yang ada di depan.
“Apa lagi ide gilamu Cash?”
Cash menaikkan tangan kanannya dan mengambil seikat bunga warna warni tanpa harus membelinya, artinya dia mencuri.
“Cash, jika kamu ketahuan..kamu tidak akan bisa lagi menghirup udara bebas.”
Sampailah seikat bunga itu ditangannya, mereka kembali bersembunyi dari banyak orang.
“Ini buat Elia yang aku cintai.”
“Aha, dan kamu mencurinya untukku?”
“Iya, karena mencuri itu jauh lebih asik dari pada harus mengeluarkan uang.” Ucap nakal Cash kepada Elia yang disambung dengan kecupan hangat dibibir Elia.
Kemudian tanpa disengaja Elia melihat ada sesuatu yang terbang menghampiri mereka.
“Cash, apa itu?” Cash berbalik dan ternyata itu adalah kawan lamanya, Ed.
“Wow…wow…wow… Cash… kembali dengan membawa seorang gadis cantik. Apa kabar sobat?”
“Hai Ed! Kenapa kamu bisa berada di Gircaland? Bukankah seharusnya kamu di tempat yang sangat jauh di luar sana?”
“Aku hanya kebetulan mampir kesini dan tidak sengaja menemukan kamu dan gadismu ini..”
“Hai…” sapa Elia. “Teman lama Cash?”
“Perkenalkan Nona, Edmud.”
“Aku Elia, si gadis lilin.”
“Oh, iya aku dengar dia yang membunuh Lady Jova. Benarkah itu Cash?”
“Iya, dia yang membunuhnya. Apakah kabar itu tersebar?”
“Iya, angin yang menyebarkannya. Seluruh penjuru akademi sihir malah ingin bertemu dengan Elia.”
“Suatu kehormatan bagiku Ed.”
“Benarkah Ed? Apakah seluas itu?”
“Sang Maha ingin bertemu dengannya, tapi aku tidakk bisa membawanya ke sana karena waktu itu aku tidak tahu tentang siapa Elia. Bawalah Cash, mungkin ada pesan juga untukmu.”
“Baiklah akan aku fikirkan nanti. Terima kasih sudah berkunjung Ed. Sampai jumpa.”
“Baiklah pasangan, Ed harus pergi!” lalu Edmud berubah menjadi seekor burung gagak.
“Cash, siapa Sang Maha?”
“Pemilik akademi sihir, ada apa ya? Kenapa semua orang ingin bertemu denganmu?”
“Haruskah aku menemui mereka Cash?”
“Aku tidak tahu, jika kita sudah diundang secara resmi, baru kita datang ya?”
“Aku tidak mengerti Cash, aku dicari oleh semua orang? Untuk apa? Apa karena aku sudah membunuh musuh negeri ini?”
“Bisa jadi Elia, tapi aku tidak tahu jika ada motif tersembunyi dibalik itu. Biasanya mereka ingin menggunakan kekuatan penyihir baru untuk memusnahkan musuh mereka satu per satu.”
“Kamu pernah seperti itu Cash?”
“Pernah, bersama Ed waktu itu aku melawan penyihir bernama Resdrict. Payah sekali, aku dan Ed diperdaya oleh Sang Maha, dijanjikan sebuah imbalan yang kami inginkan, tetapi nyatanya semua itu bohong. Sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan Sang Maha.”
“Aku tidak akan datang Cash. Aku tidak ingin melakukan peperangan lagi, aku ingin mengubur semua yang aneh pada diriku. Aku ingin hidup normal seperti orang lain, bersama kamu. Menikah, mempunyai keluarga, mempunyai banyak anak, bekerja, mengurus anak-anak, menyekolahkan mereka…masih banyak hal yang aku inginkan untuk aku capai bersama kamu.”
Cash memeluk Elia dengan hangat, “Aku juga Elia, aku ingin hidup normal bersama kamu. Aku tidak bisa terus seperti ini. Hidupku selalu dibayang-bayangi oleh segala sesuatu tentang dunia sihir. Tapi aku sudah mengikat perjanjian dengan buku itu, aku tidak bisa melepaskan semua sihir yang aku miliki.”
“Cuma satu yang harus dimusnahkan, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk melepaskanmu dari kutukan ular sisik pelangi itu.”
Cash mundur, ia merasa Elia tak sanggup melakukannya.
“Tak seorang pun sanggup melakukan itu.”
“Kamu tidak pernah tahu jika belum mencobanya.”
“Apa yang buku itu katakan kepadamu?”
Elia diam, dia tidak bisa mengatakannya.
“Katakan padaku Elia, aku harap aku bisa mengerti usaha untukku.”
“Kamu harus memakan permata yang ada didasar sungai keabadian. Tapi dengan satu syarat, harus ada tumbal untuk sungai itu.”
“Dan kamu berpikir jika kamu bisa melakukan semuanya seorang diri? Kamu gila Elia! Aku tidak akan melakukan hal itu!”
“Aku! Aku yang akan mengambil batu permata itu untukmu!”
“Tidak Elia, kamu tidak mengerti keadaan disana…aku tidak mau hal yang sama kembali terulang.”
Elia sebenarnya juga ragu sekali untuk melakukan hal ini, tapi ia menepis semua keraguannya demi orang yang ia cintai.
“Aku kehilangan adikku disana. Dan aku tidak ingin itu semua terjadi padamu. Aku tidak sanggup jika aku harus kehilangan orang yang aku cintai sekal lagi.”
“Pernahkah kamu mengerti arti dari sebuah pengorbanan? Hal itu akan habis-habisan dilakukan oleh seseorang untuk seseorang yang lebih penting dari dirinya sendiri. Dan Elia akan melakukan sebuah pengorbanan untuk Cash.”
“Dengar Elia, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi padamu.”
Cash kembali ke rumah dengan tidak berjalan berdampingan dengan Elia. Elia berada tidak jauh dari Cash berada. Keduanya sedang bimbang, tetapi Elia berusaha untuk yakin, dia sedang meyakinkan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan yang benar-benar nekat ini. Elia merasa bahwa ia tidak bisa jauh dari Cash. Lalu dia menghampiri Cash dan meraih tangan Cash yang dingin itu. Tetapi entah kenapa Cash menolaknya, seperti ingin memiliki waktu untuk sendiri. Karena semua ini sudah terlanjur di ucapkan, Elia akan segera melakukannya, ada atau tidaknya Cash tidak memperngaruhi keinginan Elia untuk pergi ke sungai itu. Karena Cash pernah katakan jika dirinya tidak akan mau masuk ke dalam sungai itu, wujud Cash akan berubah kembali menjadi manusia jika terkena air. Baiklah Egard, sang penjaga batu permata…Elia akan segera menemuimu. Dan untuk Cash tersayang, maaf aku harus melakukan ini tanpamu. Maaf aku harus pergi hari ini juga, maaf untuk semuanya! Elia pergi meninggalkan Cash menuju sungai keabadian. Dan dia sudah tidak banyak berfikir, dia rela jika menggadaikan jiwanya untuk kesembuhan Cash. Semua sudah mencegahnya, terutama buku itu. Tapi bukan Elia namanya jika menuruti aturan dan perintah.
Elia sampai di pinggir sungai itu, sudah malam dan tidak ada tanda-tanda kehadiran Cash yang mencarinya. Tetapi keraguan kembali menyerang Elia, haruskah aku terjun ke dalam sungai yang gelap ini? Haruskah aku….haruska aku….?? Tiba-tiba muncul makhluk kerdil dari dalam sungai, “Hei Nona! Sedang apa kamu disungaiku ini?”
“Hah! Kamu Egard?”
“Dari mana kamu tahu namaku? Dan rupanya aku pernah melihatmu sedang terbang diangkasa bersama seekor ular bersayap. Benar kan?”
“Iya! Namaku Elia, aku kekasih Cash. Kamu tahu Cash?”
“Oh, Cash yang sudah menyelamatkan kedua negara ini…dan kamu yang bernama Elia?” Egard tampak terkejut.
“Iya, kenapa?”
“Kamu yang membunuh Lady Jova si tamak itu? Bagaimana caramu membunuh dia? Apa dengan mata merahmu?”
“Jadi, semuanya sudah tahu?”
“Nona, semua itu akan sangat cepat menyebar dan kamu sangat beruntung memiliki mata seperti itu, karena tidak ada satu pun yang akan berani membuatmu marah. Iya kan?”
“Benar Egard…huh…” Elia menghela napas dan duduk di tepi sungai.
“Pasti kamu punya tujuan kan ke sini?” tanya Egard.
“Iya Egard, aku ingin berkorban untuk Cash..” kemudian Elia menyentuh air sungai itu. Egard takjub melihat air sungai menjadi hangat, karena sebagian tubuhnya ada di dalam air.
“Elia, apakah kamu orangnya?”
“Apa maksudmu Egard?”
“Ratu Gircaland pernah memberikan mandat padaku, ‘barang siapa yang menyentuh air sungai ini kemudian menjadi hangat, dialah pemilik si permata’ dan kamu sudah menyentuh air sungai ini. Airnya menjadi hangat.”
“Benarkah Egard? Kamu tidak membohongiku?”
“Egard tidak akan berbohong, karena hanya orang suci yang bisa berteman dengan sungai ini.”
“Apakah aku bisa menolong Cash kalau begitu?”
“Dengan satu syarat, harus ada sesuatu untuk menukar permata itu.”
“Menukar? Lalu adik Cash hilang disini kan?”
“Iya benar sekali, itu karena kesalah Cash sendiri. Ia inginkan sayap untuk tubuh ularnya, dan dia tidak sengaja mengajak adiknya kesini untuk menemani dia. Dan bukan murni kesalahan Cash, sungai menginginkan adiknya sebagai bahan tukar dengan sayap yang ia minta. Alhasil, adiknya menjadi budak dari permata.”
“Budak? Maksud kamu?”
“Permata ini bukan benda mati, dia adalah sekumpulan harapan raja-raja dijaman dahulu, dan setiap ada yang meminta sesuatu, dia akan menukarnya dengan jiwa atau roh seseorang. Dan itu tidak bisa dihindarkan.”
“Jadi, kalau aku ingin mengambil permata itu, itu artinya aku harus menyerahkan diriku?”
“Iya. Dan tidak ada pilihan lain. Tapi maaf sebelumnya, kamu inginkan permata ini untuk apa?”
“Aku ingin menghilangkan kutukan yang ada di dalam diri Cash.”
“Apa itu Nona?”
“Cash bisa berubah menjadi sosok ular yang menakutkan. Jika sisiknya sudah menjadi warna pelangi, itu artinya dia sudah tidak terkontrol. Dan menurut buku yang Cash punya, kutukan itu bisa hilang jika Cash memakan permata yang ada di dasar sungai keabadian.”
“Oh, mungkin permata ini memang ditakdirkan oleh Cash. Dan kamu hanyalah sebagai perantara. Tapi aku pernah dengar, siapa yang melakukan semua atas nama cinta, maka orang itu akan selamat. Aku juga tidak tahu itu benar atau hanya sekedar isapan jempol belaka. Karena sewaktu aku tanyakan kepada Ratu Gircaland, dia juga tidak tahu kebenaran akan hal itu.”
“Baiklah, aku tidak akan berlama-lama lagi Egard. Tolong bawalah aku kepada permata itu.”
“Kamu serius Nona Elia? Ini bukan sebuah permainan!” bahkan Egard tidak yakin dengan apa yang akan Elia lakukan malam ini. Sungai begitu gelap dan sangat dalam.
“Aku serius, aku ingin Cash bisa hidup dengan normal tanpa harus terikat dengan setan atau iblis di dalam perubahan dirinya. Aku tulus jika aku digantikan oleh permata itu, karena hanya dengan cara seperti itu aku bisa terus mencintainya.” Permata itu bersinar terang dari dasar sungai.
“Baiklah jika Nona yakin dengan pilihannya, sepertinya batu permata menerima alasan Nona untuk menolong Cash. Masuklah kedalam air Nona. Dengan senang hati Egard akan mengantarkan Nona.”
Elia masuk ke dalam air yang hangat, ketika dia sudah sepenuhnya berada dalam air Cash menyusulnya dan berteriak memanggil nama Elia. Elia melihatnya dari dalam sungai, Cash!!
“Elia! Jangan lakukan hal bodoh itu…!” tetapi Cash sudah terlambat, Elia sudah dipanggil oleh batu permata itu. Cash sendirian menangis di tepi sungai, dia sama sekali tidak berdaya.
Elia masih melihat ke permukaan, tetapi juga sudah terlambat, semuanya sudah menutup.
“Nona, ini batu permata yang kamu maksud. Indah bukan?” Egard menunjukkan batu permata yang ternyata ukurannya sangat kecil itu. “Kamu siap menukar dirimu dengan batu permata ini?”
Elia mengangguk yakin dan segera memejamkan mata dan berpasrah diri. Dia menangis sesaat sebelum permata itu muncul ke permukaan. Lalu Egard mengantar permata itu kepada Cash.
“Makanlah permata ini, jangan membuat kekasihmu kecewa.”
Dengan berat hati Cash memakan permata yang sangat kecil itu. Dia berubah menjadi sosok ular bersisik pelangi dan perlahan sisiknya mulai mengelupas dan jatuh ke tanah. Ada sebagian yang jatuh ke dalam sungai. Dan kemudian Cash terbebas dari kutukan itu, tetapi semua itu harus dibayar mahal dengan jiwa dan raga Elia.
Elia, tidak akan pergi begitu saja. Di dasar sungai dia sadar kembali dan menangkap sisik-sisik itu. Karena air mata ketulusannyalah yang membuatnya tetap hidup. Dia berusaha berenang ke permukaan. Tetapi sebelum dia berenang menuju permukaan, dia melihat seorang gadis berusia sekitar 15-16 tahun terambang disana. Elia membawanya kepermukaan, sayup-sayup dia mendengar suara kekasihnya itu memanggil-manggil dirinya. Elia masih tenggelam dalam tangisnya saat sampai permukaan, Cash dan Egard melihatnya takjub dan tidak percaya.
“Elia?”
“Nona? Jadi itu benar? Cinta sejati dan ketulusan?”
“Sudah aku bilang, aku akan lakukan semua itu untuk kamu Cash. Dan bisakah kau menolongku Egard? Aku membawa seseorang dari dalam sungai, dan rupanya dia akan segera sadar?”
Egard membawa gadis itu ke samping Casa dan juga menolong Elia naik ke daratan. Egard pun masih tidak percaya jika Elia bisa selamat dari batu permata itu. Cash memperhatikan wajah gadis yang ditolong Elia itu, sepertinya aku mengenalnya…tapi siapa ya?
“Kau mengenalnya Cash?” tanya Elia sambil menghapus air mata Cash.
“Elia, aku tidak tahu harus balas semua ini dengan apa..”
“Kenapa Cash, aku melakukannya tulus tak mengharapkan apa pun.”
“Kamu tahu dia Elia?”
“Dia? Siapa dia? Aku hanya menolongnya dari dasar sungai..”
“Dia Clara…dia adikku yang hilang beberapa tahun yang lalu!” Cash langsung memeluk adiknya yang masih setengah sadar itu.
“Clara? Dia adikmu?” Elia juga tidak percaya dengan apa yang dia lakukan. Dia mengembalikan semua kenangan Cash yang telah lama hilang, dia membawa kebahagiaan untuk Cash.
“Baiklah, Egard harus kembali menjaga sungai keabadian ini. Semoga hidup kalian bahagia!” Egard pergi kembali menyusuri sungai.
“Sebaiknya kita bawa Clara kerumah. Disini sangat dingin.”
Cash sangat bahagia malam ini, entah harus mengadakan perayaan untuk Elia atau tidak. Ini suatu hal yang mustahil. Seseorang yang telah lama hilang ternyata selama ini masih hidup menunggu seseorang yang suci untuk menolongnya dan dia adalah Elia. Elia adalah segalanya bagi Cash saat ini, sampai selamanya.
###
Beberapa hari setelah itu Cash tidak bisa lagi berubah menjadi ular bersisik pelangi dan dia bahagia karena dia sudah lepas dari kutukan mengerikan itu. Clara pun bisa bersama-sama dengan kakaknya kembali dan melakukan hal yang belum sempat mereka lakukan. Elia turut bahagia melihat keceriaan itu, dia sengaja membiarkan Cash larut dalam dunianya sendiri, bersama keluarganya. Sementara mereka sedang senang, Elia mencoba keluar mencari udara segar dan melihat gadis yang pernah ditolong oleh Cash beberapa waktu yang lalu. Ternyata gadis itu adalah seorang pencopet, miris Elia melihat hal itu, tetapi dia tidak bisa melakukan banyak hal untuknya. Dia bertahan hidup dengan cara yang salah, seandainya aku bisa membuat semua orang bahagia tanpa harus sakit, aku akan melakukannya.
“Elia, masuklah..pesta akan segera dimulai.” Panggil Cash sembari merangkul pinggulnya.
“Iya, kamu ingat tidak pernah menolong seorang gadis yang tertabrak gerobak bunga?” tanya sambil masuk kedalam rumah.
“Oh kenapa Elia?”
“Dia itu bertahan hidup dengan cara yang salah.”
“Maksud kamu?”
“Dia pencopet. Dan mungkin waktu itu hanya ingin mengambil uangmu saja.”
“Aku sudah tahu dia ingin mengambil kalung ini, maka dari itu aku membuatnya mengurungkan niatnya dengan menolongnya.”
“Usaha yang bagus untuk membuatku cemburu.” Ucap Elia sambil mencium pipi Cash.
“Kak Elia, ayo duduk disini..duduk disamping Clara juga disamping Kak Cash.” Clara menarik Elia untuk duduk diantara mereka.
“Baiklah, akan ada kejutan apa nih?” tanya Elia yang sudah duduk manis di depan meja makan.
“Banyak sekali kejutan untuk Kak Elia yang cantik.” Puji Clara membuat Elia malu. “Iya kan Kak Cash?”
“Psssstttt !!!” Cash menutup mulut adiknya dengan kain.
“Wah, sepertinya akan indah? Haruskah aku menutup mataku untuk ini?”
“Itu sudah kewajiban Elia.” Cash menutup mata Elia dengan selendang kuning.
Joe, Cash, dan juga Clara membawa sesuatu yang indah untuk Elia. Dan perlu berhari-hari untuk Cash, Clara, dan juga Joe membuatnya.
“Sudah belum sayang?” tanya Elia kepada mereka.
“Sabar yang kakakku sayang…” beritahu Clara sambil mengambil sesuatu dari dapur.
“Nah, sudah beres. Elia, bersiap ya..maaf sebelumnya jika semua ini tidak sesuai dengan keinginanmu.”
Cash membuka selendang kuning itu, dan tadaaaa………………………………..
“Astaga..” Elia sudah tidak bisa berkata-kata.
Sebuah boneka wanita jepang bernama geisha dibuat sangat sempurna oleh 3 orang yang sangat menyayangi Elia. Boneka itu berbalut kain cerca warna-warni dan lebih bagusnya lagi diatas kain cerca itu sudah tertempel sisik pelangi milik Cash berukuran jumbo. Wajahnya pun dibuat mirip Elia, dan betapa cantiknya boneka itu seperti Elia. Disamping boneka geisha itu ada sebuah kue buatan Clara dan juga Joe yang diperuntukkan buat Cash dan juga Elia. Kue itu bertuliskan, “CALIA SHEL” dan itu menjadi pertanyaan besar di kepala Cash dan juga Elia.
“Clara, apa maksudnya tulisan diatas kue itu?” tanya Elia.
Clara dan Joe hanya tersenyum-senyum saja.
“Ayolah, katakan pada kami..” pinta Cash.
“Jadi begini Kak…nama ini buat keponakanku kelak. Jika dia seorang perempuan, namanya CALIA. Jika dia laki-laki namanya SHEL. Dan jika perempuan dan laki-laki dan apalagi kembar, namanya CALIA-SHEL.”
“Oh..” Elia tertawa mendengar statement Clara seperti itu.
“Nah, jika itu perempuan dan laki-laki. Jika keduanya perempuan, dan jika keduanya laki-laki bagaimana?” pertanyaan Elia membuat bingung Clara juga Joe. Mereka tidak bisa menjawabnya dan lalu tertawa bersamaan.
“Elia, kamu masih ingin ke padang bunga itu?” tanya Cash kepada Elia yang memandang pada bunga di kejauhan sana.
“Tidakkah itu sangat jauh Cash?”
“Peganglah pundakku jangan lepaskan.” Cash mengubah dirinya menjadi sosok ular bersisik hitam bersayap yang membawa Elia ke padang bunga itu.
Elia menginjakkan langkah pertamanya di padang bunga itu. Aromanya sangat harum, berbagai macam bunga ada disini, mulai dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
“Selamat datang di padang bunga, Nona Elia.”
“Terima kasih Tuan Cash yang tampan.”
Elia menari diantara bunga-bunga yang tertiup angin, Cash melihatnya sebagai suatu keindahan akan perjuangannya selama ini. Teringat kembali di ingatan Cash, semua perjuangan Elia terhadap dirinya. Mungkin kali ini Cash akan menebus semuanya.
“Elia, aku ingin bertanya…”
Elia berhenti menari dan mulai serius menghadapi Cash.
“Sebelumnya,…boleh tidak aku mengatakan sesuatu padamu?”
“Silakan..silakan..”
Elia merain kedua tangan Cash, “Mungkin aku memang lebih berani mengambil suatu keputusan dibanding kamu…mungkin aku memang lebih perberani dari pada kamu, dan mungkin aku lebih nekat dari kamu….tapi….aku tidak lebih pintar untuk menjaga diriku sendiri untuk kamu, aku tidak lebih kuat dibanding kamu, dan aku tidak lebih berpikir panjang dibanding kamu…tapi terlepas dari semua itu…terima kasih karena telah menerima aku apa adanya, terima kasih karena sudah mau mencintaiku setulus hatimu, terima kasih karena kamu sudah membuatku selalu aman ketika aku bersamamu…memang aku mungkin tak bisa menjadi seperti apa yang kamu mau selama ini, tapi semua ini kulakukan semata-mata hanya karena kamu. Jangan tanya aku kenapa aku bisa sebegini mencintaimu, jangan tanya aku kenapa aku bisa melakukan semua ini untukmu, yang kurasakan hanya cinta dan perlindungan tulus darimu, dan kamu tau Cash? Aku senang, mungkin lebih dari sekedar kata senang, dan lebih dari kata tulus, atau mungkin lebih dari sekedar kata cinta…aku tidak tahu dinamakan apa perasaan ini. Tapi yang aku rasakan ini nyata muncul dari dalam hatiku, dari relung hatiku aku katakan bahwa aku ingin sehidup semati denganmu…”
Pernyataan Elia membuat Cash benar-benar takjub, Cash bahkan belum mendapat kata-kata untuk menyatakan apa yang ia rasakan sekarang. Seolah semua bank kata Cash sudah dicuri Elia.
“Begini Elia..aku memang tidak pintar berkata-kata, tetapi aku menangkap maksudmu. Aku mengerti dengan apa yang kamu rasakan sekarang karena aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Dan sejujurnya aku sangat bingung untuk memulai percakapan, tetapi kamu telah melengkapi kekurangan itu. Dan aku ingin kita saling melengkapi, yang kamu katakan semua itu benar. Aku tidak seberani kamu, tapi aku kuat. Aku tidak senekat kamu karena aku selalu berpikir panjang, dan aku bukan seorang yang tegas dalam mengambil keputusan dalam waktu yang cepat karena aku memikirkan semua orang disaat yang bersamaan. Tetapi aku tetap Cash dan kamu tetap Elia, dan kita adalah satu, menjadi kita. Aku tidak akan panjang lebar..”
“Aku siap Cash, apa pun yang ingin kamu katakan aku sudah siap…” Elia mengambil nafas panjang untuk itu.
Diikuti oleh Cash yang juga mengambil nafas panjang berisi jeda.
“Saya yang bernama Cash Tiovana akan melamar gadis yang bernama Elia….”
“Elia Sanlait.” Ucap Elia.
“Saya yang bernama Cash Tiovana akan melamar gadis yang bernama Elia Sanlait hari ini, di tengah-tengah padang bunga yang sangat luas. Apakah Elia Sanlait menerimanya?”
“Bisa diralat sedikit?”
“Bagian yang mana?”
“Bisa tidak kata ‘melamar’ diganti dengan kata ‘menikahi’?”
Cash cukup terkejut, “Oke, aku ulangi dari pertama ya……..Saya…” belum selesai kalimat itu diucapkan, Elia memotongnya.
“Saya bersedia menerima Cash Tiovana baik dalam suka duka, sedih maupun senang, sakit ataupun sehat, sampai ajal memisahkan kita.”
Cash tertawa senang melihat binar mata Elia yang sangat indah itu.
“Cash, tidakkah kamu melupakan sesuatu? Kita seharusnya saling bertukar cincin.
“Astaga, terima kasih karena kamu telah mengingatkan aku.” Cash merogoh saku jubahnya, mengambil sepasang cincin bermatakan batu safir biru. Cash memasukkkan cincin itu di jari manis Elia, dan begitu juga Elia memasukkan cincin itu ke jari manis Cash. Tidak lupa Cash membuatkan mahkota dari dedaunan kering disana.
“Terima kasih rajaku.” Ucap Elia manis kepad Cash.
“Ratuku, kau sangat cantik dengan benda apapun.”
Elia hanya tersenyum.
Di kejauhan terdengar suara ranting yang patah karena terinjak.
“Sudahlah Clara, Joe..kalian tidak perlu bersembunyi seperti itu..”
“Jadi, mereka dari tadi…” Elia baru menyadari jika mereka tidak hanya berdua di padang bunga itu.
“Kenapa kakak tahu sih kami disini?”
“Sepintar-pintarnya kamu menyelinap, kamu tidak akan bisa menipu kakak.”
“Kalau begitu sekarang cium pengantinnya dong?” ucap Joe.
Elia tersipu malu, pipinya memerah seperti buah delima.
Cash mencium mesra bibir tipis Elia yang kini resmi menjadi istrinya. Clara menutup mata Joe yang dianggapnya belum pantas untuk melihat ini.
###
Awal pertemuan yang indah haruslah diakhiri dengan pernikahan yang indah pula dan berlangsung selamanya sampai ajal memisahkan…
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar